Rabu, 29 Februari 2012

Mantan Tukang Sapu Jadi Presiden

Bagi sebagian orang, tukang sapu adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata. Padahal menjadi tukang sapu di jalan raya, di rail kereta, di mall-mall besar sebenarnya punya tantangan tersendiri. Bagaimana membuat dan menjaga public place tersebut tetap bersih sepanjang hari, bagaimana pula supaya dapat bekerja dengan sabar. Kenapa harus sabar? Karena tempat-tempat umum tersebut akan dengan mudahnya kotor kembali walaupun baru selesai dibersihkan. Pekerjaan yang butuh kesabaran ini tentu tidak banyak orang yang suka, atau bakalan menolaknya kalau bisa memilih. Tapi pekerjaan inilah yang pernah dilakoni seorang Michael yang akhirnya terpilih sebagai seorang presiden.

Michael pernah menjadi tukang sapu di suatu stasiun kereta Victoria di London Inggris. Tempat yang begitu jauh dari tanah kelahiran dan sanak saudaranya. Ia yang pada saat itu sementara menimba ilmu politik di London mengalami kekurangan dana untuk menyambung hidup di negeri orang. Akhirnya, membuang rasa malu, ia mencoba melamar pada perusahaan British Air sebagai seorang petugas kebersihan. Tukang sapu stasiun. Ia diterima bekerja di situ, pekerjaan yang juga akhirnya membentuk dirinya menjadi sabar, ulet dan pantang menyerah.
13170489651737542348 

Laki-laki berkulit hitam ini lalu pulang kampung kembali ke negara asalnya. Zambia. Michael kemudian masuk dan terlibat aktif pada partai yang berkuasa saat itu. Dan memang rupa-rupanya di negeri asalnya untung lebih memihaknya, karirnya di bidang politik meningkat pesat dan cepat. Ia dipercayakan menjadi Menteri Kesehatan dan Menteri Tenaga Kerja. Tapi akhirnya dengan membulatkan tekad ia keluar dari pemerintahan lalu membentuk partai sendiri dan memilih untuk menjadikan partainya yang bernama Patriotic Front sebagai partai oposisi.

Dalam beberapa kampanyenya, lelaki tua yang sudah berusia 74 tahun ini (lahir 1937) berulang kali mengatakan bahwa ia akan membersihkan Zambia dari sampah-sampah korupsi. Ia bertekad membersihkan semua ‘kotoran’ itu segiat dan seulet ketika masih menjadi tukang sapu yang membersihkan kotoran di stasiun kereta di London.
Saya tidak pernah mengeluh apa yang saya kerjakan. Saya ingin menyapu negeri saya, bahkan ingin membuatnya lebih bersih dari yang saya lakukan saat menyapu stasiun kereta Anda.” Demikian tuturannya ketika diwawancarai wartawan Inggris, dan dirilis koran The Telegraph.
Michael adalah seorang tokoh politik yang sabar dalam perjuangannya tapi tegas dalam pendiriannya. Ia dijuluki ‘King of Cobra’. Raja Kobra. Alasannya? Karena ia sangat kritis dan tegas. Ia terang-terangan menolak dominasi perusahaan-perusahaan tambang asing, terutama yang dari Cina yang mendominasi negaranya. Ia berjuang demi pemberantasan korupsi dan berusaha membuat masyarakat sejahtera. Ia juga bertekad menegakkan hukum yang bersih. Bahkan ia berjanji tidak akan meminum air kemasan sampai “semua rakyat Zambia memperoleh hak yang sama atas akses air bersih.” Janji tersebut dapat dibaca di website Partai Patriotic Front yang dipimpinnya.
13170327371209170626
Michael Sata (From: MichaelSata Off. Site)

Nah, Michael Sata inilah yang telah disahkan oleh Mahkama Agung tanggal 23 September 2011 yang lalu sebagai pemenang pemilu dan berhak menduduki kursi Zambia I. Ia mengalahkan Presiden Zambia sebelumnya, Rupiah Banda. Perbedaannya cukup tipis, 1.150.045 suara berbanding 961.796 suara (Data Reuters). Tapi walau hanya berbeda tipis, kemenangan itulah yang menjadikannya presiden ke-5 Zambia.
Ada catatan yang boleh dipetik dengan terpilihnya mantan tukang sapu stasiun ini, sebagai bahan pembelajaran untuk pemimpin partai politik, penguasa dan bahkan calon presiden kita. Bahwa komitmen, keuletan, kesabaran mesti ditunjang dan didukung kesediaan ‘menderita demi rakyat yang dipimpin’. Bahwasanya apa gunanya baju mewah yang Anda pakai, istana mewah yang Anda tinggali, mobil bagus yang Anda kendarai, kalau semuanya itu hanyalah topeng keangkuhan dan egoisme serta kerakusan belaka. Ketika Anda berdiri di atas penderitaan rakyat, dan duduk nyaman di atas kemiskinan rakyat jelata. Memperkaya diri sementara gap antara yang miskin dan kaya terus melebar dan semakin lebar.

Michael Sata pernah menjadi tukang sapu. Tapi ia berjanji akan tetap menjadi ‘tukang sapu’ walaupun sudah menjadi presiden. Ia berjanji untuk menyapu dan menindak semua pelaku kejahatan hukum, koruptor dan pelaku-pelaku ketidak-adilan di Zambia. Sosok ini tentunya menjadi inspirasi anggota partainya, bahkan semua anak bangsa di negeri yang sudah mulai dipimpinnya itu.
Rasa-rasanya kita kita juga perlu sosok dan tokoh penguasa yang dapat dijadikan anutan, yang dapat dicontohi dan diteladani. Semoga ada. Atau akan ada nantinya.
Michael Sendow.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar