BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa sebelum Islam, khususnya di Jazirah Arab, disebut masa Jahiliyah.Istilah jahiliyah dipakai untuk menandai masa sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Term tersebut digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan keadaan atau perilaku tertentu. Dan jauh dari peradaban, yang menyebabkan mereka hidup di dalam kegelapan dan kebodohan. Akibatnya mereka sesat dijalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, menyembah berhala, membunuh anak dengan dalih kemuliaan dan kesucian, memusnahkan harta kekayaan dengan perjudian, dan membangkitkan peperangan diantara mereka dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana kehidupan inilah yang dikenal dengan suasana jahiliyah.
B. RUMUSAN MASALAH
Ø Tertera apakah di era sejarah Nabi Muhammad?
Ø Didalam masa pergantian Khulafaur Rasyidin apakah ada perdebatan dalam pemilihan Khulafaur Rasyidin?
Ø Apakah terjadi perbedaan di era kontemporer / zaman modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISLAM DI MASA AWAL
Terdapat dua pendapat populer tentang awal dimulainya sejarah islam pada masa Nabi. Pertama yang mengatakan bawa sejarah islam dimulai sejak nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Kedua yang mengatakan bahwa sejarah islam dimuali semenjak Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah. Tetapi , jika berdasar pada dimulainya perhitungan tahun hijrah ,maka pilihan akan jatuh pada pendapat kedua ,karena tahun islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M.[1]
Islam pada masa Nabi, terbagi menjadi dua;masa di Makkah dan di Madinah. Ketika Nabi di Makkah,ia bersama pengikutnya selalu mendapatkan tekakan dari kalangan Qurays yang tidak setuju dengan ajaran yang disampaikannya. Maka Nabi pun kemudian mengirim sejumlah pengukutnya ke Abesinia yang beragama Kristen Koptik untuk mendapatkan suaka. Itulah fase Makkah yang membuat Nabi bertahan di Makkah atas dukungan keluarga.
Maka pada tahun 620 M, Nabi membuat persetuuan dengan sejumlah penduduk Yastrib yang termuka agar dapat diterima dikalangan mereka.Setelah itu ia hijrah ke Yastrib, yang di kemudian hari kota ini berubah nama menjadi. Umat Islam di Madinah dikelompokkan menjadi 2; Muhajirin, yaitu mereka yang mengikuti Nabi untuk melakukan migrasi dari Makkah ke Madinah dan Anshar, yaitu mereka yang merupakan penduduk asli Madinah yang menerima Nabi dan pengikutnya.[2] Pada masa di Madinah inilah Nabi Muhammad menerapkan gagasan al-Qur’an secara maksimal dan bahwa Islam menjadi faktor sejarah.
Pada masa Nabi, segala permasalahan tentang umat Islam selalu di kembalikan kepadanya , sebagai rujukan umat Islam. Krena itu, segala perselisihan yang terjadi di antara umat Islam segera bisa diselesaikan. Setelah Nabi wafat, umat Islam mulai berselisih. Perselisihan itu terjadi diawali tentang masalah penentuan siapa yang berhak mengganti posisi kepemimpinannya. Ada kelompok yang mengatakan bahwa sebelum Nabi wafat, Nabi sudah berwasiat tentang penggantinya. Kelompok ini disebut dengan kelompok Syi’ah. Sementara kelompok lain mengatakan bahwa ia tidak pernah menentukan penggantinya, sehingga mereka bermusyawarah di Tsaqifah Bani Sa’dah untuk memilih pengganti Nabi disebut kelompok Sunni.
Sesuai dengan kesepakatan, Abu Bakar menjadi khalifah pengganti Nabi Muhammad SAW. Periode pemerintahannya yang singkat, berhasil memerangi kelompok yang ingin keluar dari komunitas muslim, yaitu mereka enggan membayar zakat ( mani’ al-zakat ). Pada masa Abu Bakar ini juga berhasil dikumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf yang sebelumnya berserakan dalam berbagai tulisan.[3]
Setelah Abu Bakar wafat, Umar menjadi penerusnya.Ia pun dijuluki sebagai amir al-mukminin. Pada usia 63, Umar bin al-Khattab wafat setelah dibunuh oleh Abu Lu’luah al-Majusi yang berasal dari Persia.
Pengganti Umar bin al-Khattab adalah Utsman bin Affan. Perluasan wilayah juga terus dilakukan, termasuk ke Turki, Cyprus, Afrika Utara, Asia Tengah, dan lain sebagainya. Pada masa pemerintahan Utsman ini telah berhasil disusun al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan yang sebelumnya memiliki banyak versi. Tujuannya adalah agar umat Islam dapat bersatu, tidak berselisih dalam membaca al-Qur’an itu. Namun akhirnya Utsman pun terbunuh ditangan pemberontak ketika ia sedang membaca Al-Qur’an.
Pengganti Utsman adalah Ali bin Abi Thalib. Perpecahan di kalangan umat Islam semakin tajam dengan terbaginya umat Islam menjadi dua kubu; pendukung Ali bin Abi Talib dan pendukung Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Perang antara keduanya dengan damai yang dikenal dengan arbitrasi (tahkim).
Kelompok ini dikenal dengan nama Khawarij. Dengan munculnya kelompok Khawari tersebut maka umat Islam pada masa itu sudah terpecah menjadi 3 kelompok besar; (Syi’ah), yang hanya mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Nabi (tidak mengakui kepemimpinan Sahabat Abu Bakar, Umar bin al-Khattab, dan Utsman bin ‘Affan).
Setelah masa para Khulafa’ al-Rasyidun itu, pemerintahan Islam dipegang oleh Daulah Umawiyah dengan khalifah pertamanya bernama Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ia menjadikan pusat pemerintahannya di Damakus, Syria, tempat ia menjabat sebagai Gubernur di masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Dinasti ini mencapi titik kejayaannya di masa al-Walid (w.715 M). Dalam dinasti in ada sosok religious yang sangat terkenal dalam sejarah islam, yaitu Umar bin ‘Abd al-Aziz (w.720 M). Ia dikenal sebagai khalifah yang adil dan bijaksana, sederhana dalam pola hidupnya, dan jauh dari kemewahan.[4]
Kemudian adanya perselisihan intern yang terjadi di Dinasti ini dalam bentuk perebutan kekuasaan kemudian membawa kepada keruntuhan. Maka kepemimpinan dalam Islam kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Abu al-Abbas (w.754 M) dengan dukungan kaum Mawali. Dukungan dari kaum Mawali inilah yang membedakan antara Diasti Umawiyah dan Abbasiyah.
Dinasti ini mencapai kejayaannya pada masa Harun al-Rasyid (w.809 M), yang banyak memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia membangun rumah sakit, pendidikan kedokteran, farmasi dikembangkan. Fokus utama yang menjadi cirri khas dari kejayaan Dinasti Abbasiyah ini adalah di bidang pengembangan keilmuan.
B. ISLAM PADA PERIODE PERTENGAHAN
Periode ini ditandai dengan kemunduran total kekuasaan Islam di Baghdad. Pemberontakan mulai muncul di mana-mana. Muncul Dinasti Umawiyah periode kedua di Spanyol dan di Mesir juga muncul Dinasti Fatimiyah yang didukung oleh kelompok Syi’ah. Hulagu Khan (cucu jengis khan) ikut melakukan penghancuran kekuasaaan Islam di Baghdad, di mana ia merobohkan bangunan masjid, madrasah, ruma-rumah penduduk, membakar perpustakaan beserta isinya.[5] Dibidang politik misalnya, dinasti yang berkuasa di Mesir di silih berganti dan saling menjatuhkan. Dimulai dari Dinasti Fatamiyyah, yang beraliran Syi’ah, digantikan oleh DInasti Ayyubiyyah yang beraliran Sunni. Ayyubiyyah berakhir pada tahun 1250 dan digantikan oleh DInasti Mamlukiyyah samapi tahun 1517.
Dalam keadaan demikian inilah muncul tiga kerajaan besae Islam yang mencoba untuk membangkitkan kembali kekuasaan Islam, yaitu Utsmani di Turkey (1290-1924 M), Safawi di Persia (1501-1732 M) dan Mughal di India (1526-1858 M). Akan tetapi ketiga kerajaan ini tidak bisa bertahan, satu demi satu berjatuhan dan digantikan oleh kekuatan lain; Kerajaan Utsmani digantikan oleh Republik Turki (1924), Safawi di Persia digantikan oleh Dinasti Qajar (1925), dan Kerajaan Munghal dan di India digantikan oleh penjajah Inggris (1875) dan Mesir dikuasai Napoleon dari Perancis tahun 1798.
C. ISLAM PADA PERIODE MODERN
Periode modern disebut oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan Islam. EKspedisi Napoleon yang berakhir tahun 1801 membuka mata umat Islam di hadapan kekuatan barat. Ekspedisi Napoleon di Mesir memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan membawa 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu. Dia membawa dua set alat percetakan alat huruf Latin, Arab dan Yunani. Ekspedisi itu bukan hanya membawa misi militer, tetapi juga misi ilmiah. Napoleon membentuk lembaga ilmiah yang disebut dengan Institut d’ Egypte yang mempunyai empat bidang kajian, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi dan politik, serta ilmu sastra dan seni. Selain itu diterbitkan juga majalah ilmiah yang bernama Courier d’ Egypte.
Ide-ide baru yang diperkenalkan oleh Napoleon di Mesir adalah system Negara republic yang kepala negaranya dipilih untuk jangka waktu tertentu, persamaan (egalite) dan paham kebangsaan (nation). Para pemuka Islam pun mulai berpikir dan mencari jalan keluar untuk mengembalikan kejayaan umat Islam. MAka mucullah gerakan pembaruan yang dilakukan di berbagai Negara, seperti Turki dan Mesir. Gagasan-gagasan pembaruan itu kemudian di serap diberbagai negeri Muslim, termasuk di Indonesia.
Dari sejarah Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa agama lahir dari dan dalam sebuah realitas social tertentu. Tingkat akomodasi dan apresiasinya terhadap realitas social disekitarnya begitu kuat, sehingga dalam berbagai fenomena keagamaan dapat ditemukan adanya keterkaitan antara agama dan budaya yang sangat erat. Hal ini terjadi Karena dua hal: pertama, bahwa tidak semua nilai dan prinsip budaya local itu bertentangan dengan doktrin dan ajaran keagamaan, bahkan sebaliknya, banyakyang berkesesuaian, sehingga budaya menjadi layak untuk diakomodasi ke dalam agama; kedua, bahwa dengan mengakomodasi nilai budaya local, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran agama tersebut, akan mempermudah usaha sosialisasi agama tersebut. Sebab, sesuatu yang asing akan lebih mudah diakomodasi oleh masyarakat setempat jika ia telahlama dikenal dan akrab dengan masyarakat tersebut. Dari sinilah agam kemudian berusaha tampil dalam wajahnya yang ramah, lunak dan besahaja di balik budaya dasar yang siannut sebuah masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Sejarah kebudayaan Islam terjadi pada era Nabi Muhammad SAW, di era Nabi, Nabilah sebagai rujukan perdamaian masalah. Setiap ada masalah Nabi yang selalu mengarahkan dann memberi jalan keluar dalam masalah itu. Namun ketika Nabi Muhammad wafat terjadi perdebatan abtara sahabat Nabi sebagai pengganti Nabi, hingga terjadi sejarah Khulafaur Rosyidin. Mulai dari Abu Bakar As Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, serta Ali bin Abi Thalib. Di dalam sejarah itu terjadi pemilihan serta kesepakatan, namun setelah sahabat-sahabat Nabi yang telah menjadi Khulafaur Rosyidin wafat satu per satu. Hingga terjadi masa modern yang eranya semakin tak karuan, tak adanya system demokratis, namun sistem-sistem yang membuat kecurangan , akan tetapi didalam sejarah ini terjadi globalisasi yang sanagt baik. Sejarah sejak dulu wajib diketahui dimana sejarah yang lalu sebagai dorongan sejarah ke masa sekarang. Biar lebih baik dan maju.
[1] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya (Jakarta : UI Press,2001),Jilid 1,50.
[2] Syed Mamudunnasir, Islam Its Concepts and History terj. Adang Affandi (Bandung: Remaja Rosdakarya,1994),124.
[3] Muhammad Khudari Bik, Tarikh al-Tasyri’ al-Islami (Mesir: mathba’ah al-Sa’adah, 1954), 12.
[4] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi wa al-Dini wa al-Tsaqafi wa al-Ijtima’i (Kairo: Maktabah al-Nadlah al-Mishriyyah, 1979), 337.
[5] Thomas W.Arnold, the Preaching of Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar