Sabtu, 04 Agustus 2012

Atlet Yang Berpuasa Di Olimpiade London 2012


Pelaksanaan Olimpiade 2012 yang bertepatan dengan bulan Ramadan menimbulkan masalah tersendiri bagi atlet muslim. Mereka dihadapkan pada pilihan yang sangat berat antara tetap menjalankan kewajiban berpuasa atau berbuka saja untuk mendapatkan hasil maksimal saat bertanding.

Di antara lebih dari 3000 atlet muslim yang berpartisipasi di event olahraga paling prestisius di dunia ini, dua pebulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat dan Tontowi Ahmad, memutuskan tidak berpuasa. Keputusan serupa diambil oleh pelempar cakram Inggris Raya, Abdul Buhari. Stamina yang prima saat bertanding menjadi alasan Buhari untuk mengganti puasanya di hari lain.

"Ini merupakan pilihan yang sulit karena saya telah berpuasa Ramadan selama hidup saya. Puasa bagi saya sangat penting. Namun, jika saya berpuasa saat bertanding, saya takut performa saya tidak maksimal," ujar Buhari.

Tiga atlet muslim Inggris Raya yang lain, pelari jarak jauh Mo Farah, pedayung Moe Sbihi dan pemain anggar Husayn Rosowsky, juga memutuskan tidak berpuasa.

Meski otoritas masing-masing negara telah memberikan keringanan kepada atletnya untuk tidak berpuasa selama Olimpiade London, beberapa atlet memutuskan tidak meninggalkan kewajiban yang satu ini.

1. Trianingsih


Pelari maraton asal Salatiga, Jawa Tengah ini bersikukuh bahwa puasa tidak akan menjadi halangan baginya untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Indonesia tercinta.

"Saya ingin menjalankan ibadah puasa dengan baik. Tapi, kalau ada halangan, bisa saja nanti tidak puasa. Saya akan berkonsultasi dengan tim medis di London sebelum pertandingan," urai Trianingsih sebelum keberangkatan Kontingen Indonesia di Jakarta, Minggu (22/7).

2. Mohamed-Khaled Belabbas  

Pelari Aljazair kelahiran 1981 ini juga memilih untuk tetap menjalankan ibadah wajib puasa. Ia akan berlaga di lintasan jarak 3.000 meter.  

Belabbas menuturkan kepada france24.com,"Saya akan berpuasa seperti biasanya. Ini bukan hal yang baru bagi saya. Saya yakin tak akan mengalami kerugian karena Ramadan, namun akan sangat merasa sangat lelah ketika melewati garis finis.

3. Sofyan Fathi Aljaddi


Meski mengaku sangat berat berpuasa, perenang Libya ini tidak berencana untuk berbuka.

”Tentu saja sangat sulit (berpuasa). Ketika Anda berolahraga renang, kadang-kadang air masuk ke mulut Anda dan Anda menelannya sebagian, sehingga Anda harus benar-benar fokus karena Anda sedang berpuasa. Saya tidak berpikir untuk berbuka puasa saat ini,” terang Aljaddi.

4. Ahmed Habash 

 

Atlet layar Mesir Ahmed Habash tetap menjalankan puasa Ramadan. Akan tetapi, ia akan berpuasa sesuai waktu di negaranya dan tidak mengikuti waktu Inggris. Hal ini berarti, Habash akan berbuka dua jam lebih awal dibanding muslim lain di London. Waktu puasa di London memang tergolong lama yaitu sekitar 18 jam.

"Saya tidak boleh makan sepanjang hari dan baru diperbolehkan setelah matahari terbenam. Jadi saya memilih berpuasa dengan waktu Mesir. Itu akan memudahkan saya," jelas Habash kepada Reuters.

Ternyata, penyelengaraan pesta Olimpiade yang bertepatan dengan Ramadan tidak terjadi kali ini saja. Hal serupa pernah terjadi saat Olimpiade 1980. Pada saat itu, pelari Tanzania, Suleiman Nyambui, membubuhkan tinta emas dengan merebut medali perak jarak 5000 meter meski ia berpuasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar