Remaja adalah masa dimana seseorang mengalami pertumbuhan yang cepat dalam hidupnya, termasuk pada otak. Berikut ini 5 fakta yang berhasil ditemukan mengenai otak remaja.
"Otak terus berubah sepanjang hidup, tetapi ada lompatan besar dalam perkembangannya selama masa remaja," ujar Sara Johnson dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, yang melakukan review untuk ilmu saraf, seperti dikutip dari Livescience.
Dalam hal ini para ilmuwan memeriksa kekusutan saraf yang ada di otak pada remaja, sehingga didapatkan 5 fakta mengenai otak remaja yang selama ini masih menjadi misterius, yaitu:
1. Memiliki kemampuan berpikir baru
Johnson menuturkan karena adanya peningkatan maka otak remaja jadi lebih sering berhubungan dan meningkatkan pengolahan proses atau daya pikir. Remaja mulai memiliki keterampilan komputasi dan pengambilan keputusan seperti orang dewasa jika diberi waktu dan akses informasi.
Namun keputusan yang diambil ini kadang masih dipengaruhi oleh emosi karena otak remaja lebih mengandalkan sistem limbik (bagian di otak yang mengatur emosional) dibandingkan dengan bagian prefrontal cortex yang lebih rasional.
2. Peningkatan intensitas emosi
Pubertas yang dialami juga menyebabkan terjadinya perubahan besar pada sistem limbik, bagian otak yang tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan kadar gula darah, tapi juga sangat penting dalam pembentukan kenangan dan emosi.
Selain itu saat remaja juga mengalami perkembangan perubahan hormon yang bisa menimbulkan intensitas emosi seperti kemarahan, kegembiraan, agresi termasuk pada diri sendiri dan juga daya tarik seksual.
3. Dipengaruhi oleh pemikiran rekan atau teman
Remaja lebih baik dalam berpikir abstrak sehingga menggunakan keterampilan ini untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, terutama dari temen atau rekan sepermainan.
Anak-anak atau remaja sangat khawatir bagaimana dirinya akan terlihat keren. Namun teman ini juga memberikan kesempatan bagi remaja untuk belajar keterampilan baru seperti negosiasi, kompromi dan perencanaan kelompok.
4. Mengukur risiko
Johnson menuturkan remaja perlu dosis risiko yang tinggi agar sama dengan orang dewasa dalam pengambilan keputusan yang berisiko. Kondisi ini yang mungkin membuat remaja terlibat dalam perilaku berisiko seperti mencoba narkoba, terlibat perkelahian atau gerakan impulsif lain.
Untuk itu diperlukan pengawasan dari orangtua, karena semua anak memiliki kerentanan dalam perkembangan khususnya pada pengambilan keputusan sehingga butuh peran orangtua dalam membatasi perilakunya.
5. Cenderung lebih idealis dan egois
Perubahan hormon pada masa pubertas sangat besar mempengaruhi otak, salah satunya adalah memacu reseptor yang memproduksi oksitosin lebih banyak. Oksitosin ini sering digambarkan sebagai hormon ikatan yang meningkatkan kepekaan terhadap dampak dari sistem limbik di otak.
Hal ini juga memungkinkan remaja tampak egois umumnya dalam pertahanan diri mereka, serta perubahan di otak ini membuat remaja cenderung lebih idealis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar