Wafatnya bapak  komik Indonesia, RA Kosasih, Selasa (24/07) dini hari membuat banyak  orang kehilangan, termasuk komikus muda Sweta Kartika.
Sosok  Raden Ahmad Kosasih sebagai legenda komik Indonesia merupakan inspirasi  bagi Sweta yang telah mengenal karya Mahabharata sejak kecil. 
Begitu berpengaruhnya RA Kosasih pada Sweta, ia sampai membuat seorang tokoh pahlawan berdasarkan komik RA Kosasih, Sri Asih.
"Ini  bentuk penghormatan saya sebagai komikus muda dalam menghargai karya  pertama Pak Kosasih," kata komikus yang menampilkan Sri Asih dalam komik  action Wanara ciptaannya.
Tahun lalu, lelaki yang belajar desain  grafis di Institut Teknologi Bandung itu sempat bertemu dengan RA  Kosasih untuk meminta ijin memasukkan tokoh Sri Asih dalam komiknya.
Pertemuan itu sangat membekas di hati Sweta, RA Kosasih tidak menampakkan kesombongan sama sekali.
"Sikap dan perilaku beliau  sangat membumi. Padahal beliau adalah komikus Indonesia yang pertama  kali menerbitkan komiknya," lanjut komikus yang tergabung dalam Wanara  Studio itu.
Di pertemuan itu, Sweta juga dibuat kagum karena RA  Kosasih tetap menghargai komik-komik zaman sekarang walau gaya gambarnya  jauh berbeda dengan zaman komik Indonesia pada era RA Kosasih berjaya.
"Tidak  ada sedikit pun kekhawatiran di wajah Pak Kosasih tentang nasib komik  Indonesia ke depan, seakan-akan beliau yakin betul bahwa generasi  komikus saat ini sudah mampu untuk melanjutkan gerakannya," kata Sweta.
Selain  itu, ada lagi hal menarik dari etos kerja RA Kosasih yang begitu  berkesan bagi Sweta, yaitu membuat komik tanpa rasa terpaksa.
"Beliau selalu ngomik dalam keadaan hati senang," kenang Sweta teringat saat RA Kosasih  bercerita tentang pengalamannya membuat ulang komik Mahabharata versi  kedua karena manuskrip aslinya hilang.
Walau RA Kosasih telah  menghembuskan nafas terakhir, Sweta berharap karyanya bisa terus  menginspirasi para pembaca komik Indonesia.
"Kepergian beliau  akan kami antar dengan doa dan kebanggaan karena telah dianugerahkan  sosok komikus teladan yang mulia attitudenya," pungkas Sweta.
Pengaruh  RA Kosasih pada komikus Indonesia saat ini tidak hanya bisa dilihat di  karya Sweta, hal itu juga terjadi pada komikus Is Yuniarto. Pencipta  komik bertema wayang "Garudayana" itu mengakui karya RA Kosasih adalah  inspirasi bagi komiknya. 
"Bapak RA Kosasih adalah inspirator dan lokomotif utama bagi kegerakan  komik Indonesia. Beliau mempelopori terbitnya komik Indonesia dalam  bentuk buku cetakan, dan meletakkan dasar identitas komik Indonesia pada  karya legendarisnya, Komik Wayang Ramayana dan Mahabharata," ujar Is.
Is  juga mengemukakan, RA Kosasih adalah sosok yang tidak tergantikan.   Kerja keras RA Kosasih mempopulerkan komik Indonesia pada era  1950-1980an harus diteruskan oleh Is dan rekan-rekan komikus lain.
"Semoga komikus generasi saya akan terus menjaga asa dan semangat dari Bapak  Komik Indonesia, RA Kosasih, dengan terus membuat komik Indonesia yang  berkualitas sehingga dunia komik Indonesia akan selalu berkibar.
Tidak seperti Sweta yang pernah berjumpa dengan sang legenda atau Is yang membuat komik bertema wayang, Tony Trax, komikus Real Masjid, memang belum pernah bertemu muka atau membuat kisah dengan genre wayang. Namun, dia tetap mengagumi karya-karya R.A Kosasih.
"Karya-karyanya sangat Indonesia. Yang lebih membanggakan, sekarang karya-karya  lamanya dicetak lagi. Itu adalah hal yang bagus agar generasi sekarang tahu betapa hebatnya  karya-karya beliau," kata Tony.
Hal serupa diungkapkan Shirley (S Y S), komikus di balik "Sang Sayur".    Dia berharap dirinya bersama sesama rekan komikus Indonesia bisa  meneruskan perjuangan R.A Kosasih untuk menggiatkan kembali dunia komik  Indonesia.
"Beliau telah menjadi inspirasi yang amat positif bagi  anak-anak bangsa dan meski beliau telah pergi, karyanya akan selalu  hidup dan mewarnai hati kami semua di sepanjang masa," katanya.
Mempopulerkan wayang
Selain jadi inspirasi bagi komikus Indonesia saat ini, karya RA Kosasih juga mempopulerkan kisah wayang bagi para komikus muda.
Seperti  yang terjadi pada komikus Faza Meonk, dia mengemukakan karya RA Kosasih  menjadi angin segar di dunia wayang yang awalnya hanya ada di karya  sastra dan perdalangan. Kisah wayang yang dibalut dalam bentuk komik  membuat Faza kecil tertarik pada kisah wayang.
"Gue yang  orang visual ini jadi lebih paham cerita Mahabharata dan Ramayana lewat  komik RA Kosasih. Dari situ gue jadi tertarik baca novel-novel wayang,"  ungkap dia. 
Bagi Faza, karya RA Kosasih meningkatkan kecintaannya pada budaya lokal.
Sementara  itu, Bayou, komikus pencipta "The 9 Lives" mengemukakan minimnya  pengetahuan wayang pada anak muda saat ini. Namun, dia adalah  pengecualian karena saat kecil dia sudah melahap komik-komik bertema  wayang karya RA Kosasih.
"Gara-gara dia gue hafal cerita wayang," ungkap Bayou.
Perempuan itu berharap agar wafatnya RA Kosasih bisa jadi momen agar orang-orang kembali mengingat komik-komik jaman dulu. 
"Semoga  banyak orang yang nyari tahu tentang RA Kosasih karena anak jaman  sekarang tidak semuanya tahu komikus jaman dulu," harap Bayou.
RA Kosasih lahir pada 4 April 1919 di Bogor. Dia telah menghasilkan banyak karya besar seperti serial Sri Asih, komik bergenre superhero. RA Kosasih  meninggal dunia karena serangan jantung pada usia 93 tahun hari ini  pukul 01.00 WIB di  rumahnya, Jalan Cempaka Putih III No 2, Rempoa, Ciputat, Tangerang  Selatan.
Sumber 
        

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar