Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memastikan satelit Phobos-Grunt milik Rusia akhirnya jatuh di atas Samudra Pasifik, pada hari ini Senin sekitar pukul 00.23 WIB. "Semoga tidak ada korban akibat jatuhnya satelit yang belum sempat menjalankan misinya ke Planet Mars ini," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, Prof. Dr. Thomas Djamaludin di Jakarta, Senin (16/1).
Deputi Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraaan Lapan ini mengungkapkan jatuhnya satelit berbobot 13,2 ton itu diumumkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada 16 Januari 2012. Namun belum diperoleh titik lokasi jatuh yang tepat. "Kesimpulan sementara, Indonesia aman dari kejatuhan Phobos-Grunt. Serpihannya pun tidak akan ditemukan di Indonesia," katanya.
Hingga saat ini, menurutnya, memang tidak diperoleh laporan ada yang melihat jatuhnya atau menemukan serpihan Phobos-Grunt. Namun serpihan Phobos-Grunt mungkin akan ditemukan di Amerika Selatan.
Sebelumnya, pakar astronomi ini mengatakan, pihaknya menggabungkan prakiraan US Stratcom (Komando Strategis AS) yang memprakirakan jatuh sekitar pukul 23.11-01.35 WIB. Prakiraan Satevo di Calsky, sekitar pukul 03.08 WIB dan diolahnya dengan Winorbit. Wilayah lintasan akhir di wilayah Indonesia adalah daerah Kepala Burung, Papua Barat yang terlintas pada pukul 03.47 WIT dan Kalbar 03.13 WIB dan NTB 03.18 WIB.
Satelit ini diluncurkan pada 9 November 2011. Direncanakan sampai ke Mars pada 2014. Namun, misi tak berhasil. Satelit jatuh. Setelah terbakar, diperkirakan masih akan menyisakan pecahan seberat 500-600 kg.
Sebelum Phobos-Grunt, sejumlah satelit yang jauh lebih berat, menurut Thomas Djamaludin, juga pernah jatuh ke bumi. Misalnya Mir milik Rusia yang beratnya sekitar 135 ton pada tahun 2000-an. Namun Mir jatuh secara terkendali. Satelit ini jatuh di lokasi yang aman di perairan Pasifik Selatan.
Skylab milik AS seberat 77 ton jatuh pada 1980-an. Satelit ini jatuh tak terkendali di suatu gurun di Australia. Ada pula pecahan roket kecil milik China yang pada 2003 diperkirakan jatuh di Jazirah Arab, ternyata jatuh di Provinsi Bengkulu. Masyarakat melaporkan adanya ledakan dan getaran. Demikian pula jatuhnya tabung roket di Gorontalo, di Lampung dan di Flores NTT pada 2007. dikutip dari http://goo.gl/EGhxP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar