Rabu, 25 Januari 2012

Converter Kit: Mengganti sistem BBM menjadi BBG

Belakangan, kata converter kit semakin akrab di telinga kita, menyusul rencana pemerintah melarang mobil pribadi meminum bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Tak sedikit yang masih bertanya-tanya: makhluk apakah converter kit itu?

Converter kit merupakan alat untuk mengalihkan sistem BBM ke bahan bakar gas (BBG). Nah, kalau kebijakan pembatasan konsumsi premium dan solar jadi berlaku, pemerintah memberikan dua pilihan kepada pemilik mobil pribadi: beralih memakai BBM nonsubsidi atau BBG.

Jika memilih pindah menggunakan BBG, otomatis pemilik mobil pribadi mesti memasang converter kit pada kendaraannya. Alat ini terdiri dari 15 komponen. Contohnya, LGV refueling port, LGV refueling tank, multivalve, injector rail, change over switch, dan gas electronic control unit (lihat infografis). "Sekarang komponennya masih impor," ujar Widjajono Partowidagdo, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Selain converter kit, pemilik mobil juga harus memasang tabung BBG. Ada dua jenis BBG yang dipakai untuk bahan bakar kendaraan, yakni compressed natural gas (CNG) dan liquified gas for vehicle (LGV). Tabung ini dirancang memiliki daya tahan terhadap tekanan 200 bar atau setara dengan 200 tekanan atmosfer.
Adapun komponen untuk memproduksi tabung BBG antara lain fiberglass, karbon, dan high dencity poly etily (HDPE). Menurut Widjajono, fiberglass untuk melapisi bagian luar tabung. Sedang serat karbon anyam melapisi dinding tabung dan menyatu dengan HDPE. Keduanya mampu mampu menahan tekanan gas dalam tabung saat sedang beroperasi.

Tabung BBG bisa dipasang di bagasi, di bawah di jok bagian belakang, atau di bawah bodi mobil. Lalu, dengan bantuan converter kit, BBG disalurkan ke mesin mobil. Sedangkan control unit untuk memindahkan sistem BBM ke BBG atau sebaliknya ditaruh pada bagian dalam mobil. "Bisa di dekat setir mobil supaya gampang," imbuh Martin, distributor converter kit asal Korea Selatan.

Tetap perlu bensin
Saat ini, CNG beredar di pasaran dengan merek BBG. Umumnya dipakai angkutan umum, seperti bajaj dan busway. Sementara itu, LGV bermerek Vi-Gas digunakan taksi.
Oh, iya, mobil yang memakai converter kit masih membutuhkan bensin. Sebab, BBM berfungsi memasok tenaga saat menyalakan mobil. Selain itu, kendaraan masih bisa menggunakan bensin apabila BBG habis. "Kalau gas habis langsung otomatis pindah ke bensin," terang Widjajono.
Bahkan, Widjajono bilang, saat kendaraan sedang melaju dengan kecepatan 100 kilometer per jam, misalnya, dan BBG habis, maka otomatis pasokan bahan bakar beralih ke bensin. Sekarang ini, harga jual converter kit termasuk tabung berkisar antara Rp 9 juta hingga Rp 12 juta.
Yang jelas, converter kit juga perlu perawatan berkala. Widjajono mengatakan, servis rutin sangat penting untuk memastikan kondisi tabung maupun conveter kit. Contoh, converter kit yang memiliki jangka waktu pemakaian lebih dari 10 tahun harus menjalani servis berkala, semisal setiap 10.000 km - 30.000 km.
Sayang, hingga kini, cukup sulit menemukan bengkel yang menyediakan jasa pemasangan converter kit dan tabung termasuk perawatannya. Pasalnya, permintaan masih sangat sedikit. Salah satu bengkel yang melayani jasa ini adalah PT Autogas Indonesia di Serpong, Tangerang.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar