Selasa, 27 September 2011

Akibat Penduduk Bumi Makin Bertambah


Puluhan tahun lalu ada beberapa negara yang memberikan imbalan kepada setiap orang tua yang memiliki banyak anak. Bangsa-bangsa yang menjadi lemah akibat perang juga menggunakan berbagai metode kawin paksa untuk mendapatkan anak-anak. Banyak dari anak-anak tersebut dilatih untuk berperang. Di beberapa negara Asia dan Afrika masih memiliki tempat-tempat sakral di mana para istri yang tidak memiliki anak berdoa memohon kesuburan. Bahkan masih ada suku barbar yang menyembah penis. Kenapa? Karena ada anggapan bahwa “banyak anak banyak manfaat”.

Ada bahkan yang meyakini dengan amat sangat bahwa banyak anak, pastilah akan banyak keberuntungan.
Ketika ditanya, apa yang paling dibutuhkan Perancis, Napoleon Bonaparte menjawab, “seorang ibu.” Dan sebuah tempat tidur bayi pun pernah diletakkan di pintu Katedral Notre Dame di Paris. Kenapa sampai begitu? Jawabnya adalah karena mereka merasakan pentingnya menciptakan atau melahirkan bayi lebih banyak lagi. Semakin banyak anak-anak, apalagi kalau anak tersebut laki-laki maka akan semakin kuat suatu negara. Franklin Roosevelt, mantan Presiden Amerika menekankan pentingnya membesarkan anak dan menghormati orang tua yang memiliki keluarga besar.


Sekarang mari kita lihat kenyataan masa kini yang harus kita hadapi dan sikapi dengan sebijak mungkin. Pertumbuhan penduduk hingga detik ini sudah akan menyentuh titik 7 miliar orang. Diperkirakan bahwa pada 2012 nanti bakalan melebihi 7 miliar. Luar biasa banyak. Faktanya sederhana, sekarang ini dengan berbagai penemuan di bidang teknologi dan dunia medis, maka orang semakin memiliki waktu hidup lebih lama, sementara itu semakin banyak bayi yang lahir. Populasi penduduk bertumbuh dan bertambah pada titik 74,629,207 orang per tahun, atau 2,37 orang per detik! Dan itu lebih banyak dari mereka yang mati setiap harinya. Kalau Anda ingin melihat secara langsung angka demi angka mereka yang lahir, mati, dan beberapa data statistik lainnya, silahkan lihat di sini:Statistik Populasi Dunia in Real Time.

Lalu kenapa kemiskinan ikut meningkat ketika pertumbuhan penduduk meroket? Itu sudah jelas, karena pertambahan jumlah penduduk berbanding terbalik dengan ketersedian segala macam sumber daya di planet bernama bumi ini. Penduduk semakin bertambah, tapi sumber daya alam semakin berkurang. Artinya, bertambahnya penduduk miskin adalah suatu keniscayaan apabila kecepatan pertumbuhan penduduk tidak di-rem.


Harga-harga pasti akan semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya orang-orang yang berlomba, berebutan dan cakar-mencakar untuk mendapatkan, tanah atau lahan, air, minyak, makanan dan sebagainya di berbagai pasar dunia yang terus berkembang ini. Bertambahnya penduduk akan serempak menambah jumlah permintaan dan sudah barang tentu juga meningkatkan konsumsi. Nah, pada satu sisi akan ada segelintir orang, katakanlah para pengusaha yang akan semakin kaya. Mereka yang bertindak sebagai supplier atau penyedia! Sementara ratusan juta lainnya tetap akan terpuruk dalam lumpur kemiskinan yang semakin dalam. Saya kurang yakin kita dapat mengurangi apalagi mengentaskan penduduk miskin kalau pertumbuhan penduduk tidak ditekan. Laju pertumbuhan dan pertambahan penduduk dulu yang ditekan, barulah penduduk miskin dientaskan. Atau lakukanlah dua hal tersebut seiring sejalan.
Saat ini bahkan negara-negara berkembang termasuk Indonesia justru terlihat sudah mulai meningkatkan konsumsi terhadap berbagai produk secara berlipat ganda. Hampir setiap individu di kota-kota besar terlihat sangat konsumtif. Padahal apa yang Anda pakai saat ini, yang Anda consume saat ini sesungguhnya lebih banyak 100 kali lipat dari sumber daya-sumber daya yang menghidupi kakek buyut Anda 200 tahun lalu.
Populasi Makin Bertambah? Apa Akibatnya?

Populasi di Pulau Jawa misalnya pernah diramalkan akan mencapai suatu titik kritis di mana banyak penduduk akan menderita akibat kekurangan makanan dan air bersih. Dan krisis paling besar yang akan di hadapi Jakarta (dan kota-kota besar di Indonesia lainnya) dalam beberapa tahun mendatang adalah krisis air minum. Saat ini saja di Jakarta rembesan air laut mungkin sudah melewati daerah Monas. Air PAM di daerah keluarga saya tinggal, warnanya hitam dan keruh. Kalau tidak teratasi, ini pasti akan menjadi masalah besar. Ketersediaan air bersih makin menipis sementara penduduk makin bertambah. Di kota-kota besar bukan hanya diperhadapkan bertambahnya penduduk oleh karena banyak bayi baru lahir, tapi juga banyaknya pendatang dari desa-desa yang berbondong-bondong ke kota-kota besar, untuk menetap dan mencari keberuntungannya di sana, hal mana tentu saja akan menambah-nambah densitas kota tersebut.

Berita TVRI pada acara “Salam dari Desa” memperlihatkan kondisi memprihatinkan di salah satu desa di Situbondo Jawa Timur. Penduduk harus antri berjam-jam untuk mendapatkan 1 jerigen air bersih. Kran-kran air bersih di desa itu yang ada hanyalah 3 buah, diperuntukkan bagi begitu banyaknya warga, tapi yang keluar pun hanya berupa tetesan-tetesan air. Sangat sedikit, karena persediaan air yang semakin menipis.
Lalu bagaimana mengatasi pertambahan penduduk yang semakin besar dan efek tak sedapnya, yaitu semakin bertambahnya orang miskin? Ini menjadi pekerjaan rumah terpenting semua negara, utamanya empat negara terbanyak penduduknya di muka bumi ini yaitu Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia.
Dulu mungkin “banyak anak banyak berkat”, tapi itu mesti direvisi mengingat tingkat kepadatan penduduk yang sepertinya unstoppable. Density Jakarta termasuk yang sangat parah saat ini.

Apakah di Indonesia, memiliki banyak anak memang masih laris manis? Saya baru-baru ini mendengar bahwa tetangga ibu saya di kampung baru saja melahirkan anaknya yang katanya sudah ke-9. Saya jadi berpikir apa mungkin karena di kampung tidak banyak kerjaan maka kerjanya bikin anak melulu yah?
Ada catatan sejarah yang saya baca tentang para Kaisar Sharifan. Ia mulai memerintah Maroko selama 57 tahun dan ia mempunyai banyak istri sesuai adat kerajaan di Maroko, ketika ia wafat, ia meninggalkan548 putra dan 340 putri! Lalu juga Rameses II (Firaun yang terkenal itu), memiliki 162 anak (111 putra dan 52 putri). Rama V, adalah seorang raja dari Thailand, ia meninggal tahun 1910, mempunyai 3000 istri dan 370 anak (134 putra dan 236 putri.) Nah, kalau di Indonesia saya belum tahu (belum ada datanya) siapa pemilik istri dan anak terbanyak.
Kalau di Amerika nampaknya memiliki banyak anak kemungkinannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan rumah tangga-rumah tangga di negeri yang beriklim lebih hangat dan lebih bebas di mana orang boleh memiliki banyak istri. Semakin banyaknya penduduk di Amerika menurut data adalah karena semakin banyaknya Imigran yang datang ke sana. Jutaan setiap tahunnya. Imigran-imigran inilah yang semakin memadatkan kota-kota di Amerika.

Sekarang kita mesti jujur pada diri sendiri. Realitas di depan mata kita adalah bahwa physical world kita sangat terbatas. Sumber daya kita terbatas dan kita tidak dapat terus menerus bertumbuh dengan bergantung padanya. Sumber daya alam kita tidak mungkin bertumbuh selamanya. Pertanyaan yang menanti untuk dijawab adalah dapatkah bumi kita terus menerus menyediakan apa yang kita butuhkan? Dapatkah bumi kita mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meroket? Dapatkah sumber daya bumi kita mencegah bertambahnya kemiskinan? Ataukah kita akan melampaui batas kesanggupan kita memenuhi kebutuhan kita? Dengan kata lain, alam tidak akan sanggup lagi mensupport kita. Kalau demikian, bukan saja anak cucu kita akan jatuh miskin, tapi bisa jadi mereka akan hilang dari peredaran. Selamanya. (Michael Sendow)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar