Minggu, 27 Desember 2009

GILA...INI DIA PROFESI SAMPINGAN 18 SISWI SMP DI JAKARTA


Terungkapnya profesi sampingan 18 siswi SMP Negeri di bilangan Tambora, Jakarta Barat, dengan menjadi pekerja seks komersial (PSK) panggilan, ternyata mengundang keprihatinan yang mendalam bagi Walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan. Bahkan, mantan Bupati Administrasi Kepulauan Seribu meminta jajaran musyawarah pimpinan kota (Muspiko) Jakarta Barat untuk mengusut tuntas peristiwa ini. Sehingga, ke depan tidak ada lagi siswi yang terjerat dalam dunia prostusi.

"Siapa mucikari di belakangnya harus diusut tuntas, agar tidak ada lagi anak di bawah umur yang turut dalam jejaring prostitusi ini," tegas Djoko Ramadhan, Selasa (13/1). Karena itu, walikota, telah meminta unsur Muspiko Jakarta Barat mulai dari Dandim, Kepala Pengadilan Negeri dan Kapolres termasuk camat dan lurah untuk mengusut tuntas kasus ini. Selain itu, dalam hal pembinaan, jajaran Muspiko juga diminta untuk menjadi ispektur upacara di seluruh SMP dan SMA/SMK di Jakarta Barat. "Dan hal ini sudah mulai dilakukan sejak Senin (12/1) kemarin," sebut Djoko. Menurutnya, dengan turun langsungnya unsur Muspiko diharapkan dapat memberikan arahan moral dan pendidikan kepada para siswa.

Bahkan, terkait kasus ini, walikota juga membantah bahwa dirinya telah memerintahkan pihak sekolah untuk memberhentikan siswi-siswi tersebut. "Tidak pernah ada sanksi mengeluarkan, melainkan mengarahkan siswi-siswi tersebut untuk mengikuti PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar-red). Mereka mengundurkan diri atas kemauan sendiri, mungkin karena mereka malu," ujar Djoko.

Saat ini, lanjut Djoko, dari 18 siswi tersebut, beberapa diantaranya telah mengikuti PKBM tersebut, sementara sisanya pindah ke sekolah swasta. Sayangnya, sekolah baru para siswi ini sengaja dirahasiakan untuk menghindari eksploitasi berlebihan terhadap siswi-siswi tersebut, sekaligus untuk menjaga kredibilitas sekolah yang bersangkutan. "Mereka masih sangat muda, dan masih di bawah umur," ungkapnya.

Djoko menuturkan, terungkapnya siswi SMP yang bekerja sampingan sebagai PSK panggilan ini berawal terjadi pada pertengahan Desember 2008. Ketika itu, salah seorang guru di salah satu SMP di Tambora mendapati salah seorang siswinya tengah asyik menggunakan telepon genggam saat jam pelajaran sekolah. Lantas guru tersebut menyita sementara telepon genggam tersebut. Bahkan, sang guru mengaku tercengang dengan telepon genggam yang dipakai siswi tersebut. Sebab, secara nalar, sangat dimungkinkan tidak jika barang mewah itu bisa dibeli oleh siswi yang latar belakang keluarganya cukup sederhana lantaran harganya cukup mahal.

Kecurigaan sang guru pun semakin diyakinkan saat ponsel tersebut menerima pesan singkat atau short message service (SMS), Sebab setelah dibuka isi pesan tersebut tidak lain adalah ajakan kencan dengan ketemu di suatu tempat. Setelah didesak, siswi yang bersangkutan ternyata mengakui menjalani profesi sampingan sebagai PSK panggilan. Parahnya lagi, ia juga menuturkan bukan hanya dirinya saja yang menjalani profesi ini, melainkan juga 17 teman lainnya yang masih satu sekolah. Ironisnya, para orangtua siswi-siswi tersebut justru tidak merasa terkejut saat pihak sekolah memberitahukan fakta tersebut.

Karena itu, Djoko menegaskan, orangtua harus mempunyai peran besar dalam mendidik putra-putrinya agar mereka tidak terjerumus dalam dunia hitam. Dan orangtua harus memiliki tanggung jawag yang besar terhadap perkembangan mental dan juga moral anak-anaknya. "Ini tidak bisa dibiarkan, kasihan masa depan mereka. Jadi orangtua jangan lepas tanggung jawab begitu saja,"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar