“Ketika kita berbagi kasih dengan mereka……”
Pada bulan Desember di Tahun 2005 yang lalu tepat di tanggal 25, saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, ketika untuk kali kedua saya berkesempatan kembali untuk merayakan “Natal Bersama” dengan para orang tua/jompo di suatu ‘Panti Jompo’ di Rahway, New Jersey. Panti itu bernama ‘TreeManor’. Natal tahun 2005 membawa kesan yang mendalam bagi saya dan kami semua yang hadir karena bisa merayakan Kelahiran Dia. Sang Penebus. Yesus kristus, bersama dengan orang-orang tua tersebut. Memasuki ruangan dimana perayaan akan dilaksanakan hal pertama yang saya dan kami lihat adalah hampir semua mereka lagi duduk menatap keluar melalui jendela yang ada di ruangan itu. Apa yang ada dalam pikiran mereka dikala keluarga-keluarga lain lagi bergembira merayakan NATAL.
Beberapa diantara mereka menjawab dengan jawaban yang sama : “……..mereka menanti, menunggu sekiranya ada dari keluarga mereka, anak, kakak, adik atau keluarga dekat lainnya yang akan mengunjungi mereka ! Mereka sangat berharap supaya dapat bergembira di tengah-tengah keluarga, selayaknya yang sering kita lakukan dengan keluarga kita pada tiap NATAL”.
Menunggu dan menunggu sampai akhirnya mereka menjadi jenuh, karena ternyata tidak ada siapa-siapa yang datang. Hal mana memaksa saya dan beberapa kawan saya harus menahan air mata. Betapa pedih memang, ketika di hari yang berbahagia, dimana kegembiraan seharusnya menjadi milik semua, dan kita harus merayakannya sendirian.
Untuk itulah pada kesempatan yang sangat berbahagia tersebut Kerukunan Keluarga Nusantara/ Indonesian American Christian Association kembali menlakukan hal yang sama seperti tahun lalu. Dikomandani oleh Bp.Ronald Setlight sebagai Ketua KKN, kami melaksanakan pelayanan kepada orang-orang tua tersebut, kita adakan ibadah singkat dipimpin Pendeta yang kebetulan anggota panti tersebut yang tahun ini sudah akan menginjak usianya yang ke 90, Pdt. Parson. Dengan lantangnya beliau walau dengan tangan yang sudah gemetar, dan dengan menggunakan tongkat berkata : “Ada yang tidak dapat dibatasi oleh siapapun dan apapun untuk dilakukan diseluruh dunia di sepanjang segala abad, yaitu KASIH”. Ketika semua pintu akan tertutup, pintu kasih masih dan mesti terbuka. Yohanes 3 ayat 16 adalah puncak pernyataan KASIH tersebut.
Para ibu-ibupun tak kalah gesitnya, mulai dari sang Sekretaris Meity Peleh, Ibu Jenny, Ibu Ansye dan lainnya sibuk melayani para ‘eldery’ tersebut dengan makanan-makanan seperti Ham, Turkey, Spaghetti, kue-kue, buah-buahan dan lainnya. Sungguh pada saat itu keceriaan sangat terlihat dari wajah orang-orang tua tersebut, tak jarang terlontar kalimat “..you are so nice “....”Oh Great, thank you very much”. Disini terlihat jelas, ketika KASIH dijalankan maka setiap sekat terpinggirkan, tidak ada lagi yang melihat saya dari sini kamu dari sana. Todak ada lagi yang memandang saya ras ini kamu ras lain. Pokoknya yang ada Cuma kebahagiaan dan ucapan syukur. Oma-oma itu pun mengajak semua yang hadir untuk bernyanyi bersama dan bersuka ria bersama mereka.
Setelah itu diadakan acara foto bersama, dan pembagian kado kepada semua eldery yang hadir saat itu. Kemudian Ketua juga memberikan sambutan singkat, mengajak supaya acara-acara seperti ini tidak menjadi simbolisasi semata melainkan karena ketulusan membagi kasih dan tidak hanya sampai disini saja.
Ketika perpisahan pun harus terjadi, mereka iringi dengan tangisan. Tangisan bahagia karena mereka merasa sungguh terhibur, mendapat arti dalam perayaan ini, sekaligus tengisan sedih karena harus berpisah.
Kegiatan lainnya yang sementara dilakukan “NUSANTARA” adalah menyekolahkan beberapa anak asuh di Indonesia, yang kebetulan adalah anak-anak putus sekolah di Irian Jaya. Kemudian dalam waktu dekat ini juga akanmengadakan acara ‘Semalam Bersama Nusantara dimana program-program sosial yang ada akan di presentasikan.
Akhirnya, semoga acara-acara yang menunjang apa yang selalu disebutkan orang “memanusiakan manusia” akan terus berlanjut. Kita diajak untuk tidak menjadi ‘Homo Homini Lupus’ (menjadi serigala bagi sesama manusia), agar kita tidak menindas sesama kita dan bukan supaya menjadi ‘Homo Homini Angelus’ (menjadi malaikat bagi sesama manusia) , agar kita tidak menghakimi sesama kita, tapi agar kita bisa menjadi ‘Homo Homini Homo’ (menjadi manusia bagi sesama kita manusia). Cukup dengan HOMO HOMINI HOMO. Menjunjung tinggi kemanusiaan dan dengan mengasihi sesama kita manusia. Sekali lagi sesama kita Manusia. Bukan hanya untuk sesama kita orang kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar