Selasa, 05 Januari 2010

PRIA LOMBOK NIKAHI 44 WANITA DAN MENARGETKAN 100 WANITA


BAGI pria umumnya, punya 1 istri wajar. Miliki 2 istri kewalahan, apalagi lebih dari itu. Kewalahan di sini, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan lahiriah maupun batiniah.
Tetapi Juaini Rahman alias Jon, seolah tidak termasuk dalam golongan orang yang disebut terakhir. Pria ‘’perkasa’’ yang kini berdomisili di Praya, Lombok Tengah, itu telah menikahi 44 wanita. Dan, yang langka terjadi pada pria umumnya, Jon bisa mengoleksi empat istri dalam satu rumah.
Nama Jon cukup populis di kalangan sebagian laki-laki penganut poligami di Praya dan sekitarnya.
Rumahnya saat ini di Lingkungan Srigangge, Kelurahan Tiwu Galih, Praya. Tepatnya, di sebelah barat BTN Bonter, belakang RSUD Praya. Hanya sekitar 15 meter sebelah utara pinggir jalan.
Lombok Post hanya butuh bertanya dua kali untuk menemukan rumah Jon. Hal itu karena didukung oleh popularitas Jon di lingkungan sekitar.

Sebelum tiba di Srigangge, wartawan koran ini sempat penasaran dengan sosok Jon. Karena selama ini, nama Jon itu hanya didengar dari cerita orang lain. Tidak pernah melihat langsung dan berbicara empat mata dengan sang penakluk puluhan perempuan itu.

Sebelum bertemu, yang terbayang di benak bahwa sosok yang akan ditemui memiliki tampang seperti artis yang kerap muncul di televisi.
Rasa penasaran itu akhirnya terjawab setelah bertemu. Raut wajah dan postur tubuh pria 52 tahun itu tidak jauh berbeda dengan laki-laki seusianya pada umumnya.
Saat Lombok Post tiba di kediamannya, Jon kebetulan sedang berbincang-bincang dengan salah satu rekannya di halaman rumah yang langsung berhadapan dengan sawah. Perbincangan mereka terlihat serius meski hanya beralaskan sebuah tikar yang sudah lusuh. Mereka tampak ditemani masing-masing secangkir kopi.
Karena tikar tidak memuat jika dipakai duduk tiga orang, Jon terpaksa mengalah dan duduk di atas rumput. Sejurus kemudian, dia lalu melontarkan ajakan. ‘’Kita di dalam saja. Tidak enak berbincang disini,’’ ajak Jon setelah wartawan memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangan.
Ajakan Jon terpaksa ditolak. Itu karena (maaf) sepintas rumah Jon agak sempit. Apalagi belasan anak-anaknya saat itu sedang bermain di dalam rumah. Perbincangan tentu tidak akan refresentatif jika berlangsung di dalam rumah.
‘’Saya sudah menikah 44 kali. Dan, saya punya target menikah sebanyak 100 kali,’’ demikian kata-kata awal Jon.
Dari puluhan wanita yang telah dipersunting itu, Jon hanya pernah mendapat janda dua kali (dua orang). Itupun janda yang tidak memiliki anak dari suami sebelumnya. Selebihnya, wanita yang dinikahi masih gadis alias belum pernah menikah.
Selama ini, Jon memiliki kebiasaan mengoleksi empat istri sekaligus dalam sebuah rumah. Sebuah kondisi yang sulit bahkan sangat tidak mungkin dilakukan oleh kaum pria pada umumnya. Namun baginya, itu sesuatu yang biasa. Sebaliknya, ia akan merasa janggal jika tidak memiliki empat istri.
‘’Sekarang saya belum tenang karena istri tinggal tiga,’’ tuturnya. ‘’Yang satu sudah saya ceraikan belum lama ini. Saya akan menikah lagi,’’ sambung Jon.
Tiga wanita yang masih menjadi istrinya adalah Radiah, Hilmiah, dan Mahyun. Ia menikahi Radiah pada 1980. Radiah merupakan wanita terlama yang dipertahankan. Dari wanita asal Seganteng ini, Jon memperoleh 10 putra dan putri.
Sedangkan Hilmiah, dinikahinya sejak 13 tahun. Sementara Mahyun baru dinikahi 1,5 tahun silam dan belum memiliki anak karena sempat keguguran.
Ke-44 wanita yang pernah dipersunting Jon, mereka berasal dari berbagai daerah. Ia memastikan diri untuk menikahi wanita di setiap pulau yang pernah didatangi. Saat merantau ke dataran Jawa, ia menikahi wanita suku Jawa sebanyak 11 kali. Di Dumai 3 kali. Dan, dua wanita di Pulau Kalimantan.
Dari puluhan wanita yang ia nikahi itu, Jon telah dikarunia sekitar 58 anak. 28 di antaranya masih hidup hingga saat ini. Selebihnya telah meninggal dunia. Dan, dari puluhan anaknya itu, 15 di antaranya menetap bersama Jon. Sedangkan yang lain tinggal bersama ibunya masing-masing.
Wanita pertama yang mendapat keperjakaan Jon adalah Siti Aisyah. Seorang perempuan dari Aikmel, Lombok Timur (Lotim). Ia menikahi perempuan tersebut pada 1976.
Apa yang membuatnya mampu menundukkan hati puluhan wanita itu?
Mendengar pertanyaan itu, tanpa ragu dan sungkan Jon membeberkan rahasianya. Mudahnya dia mendapat perempuan yang ingin ia nikahi tidak lepas dari pengaruh ilmu (semacam pelet) yang ia miliki. Ilmu tersebut diperoleh dengan cara bertapa di salah satu kuburan pada tahun 1974. Sejak itu, ia begitu mudah mendapatkan wanita mana saja yang diinginkan.
Pelet milik Jon dipergunakan dengan berbagai cara. Tergantung rumusan nama sang wanita yang dibidik. Bisa melalui azan, pandangan mata, rokok, dan bisa juga dengan cara-cara lainnya. ‘’Tergantung rumusan namanya,’’ tegasnya.
Karena ilmunya itu pula, Jon tidak pernah pusing memikirkan biaya pernikahan. Ia cukup menyediakan uang sekitar Rp 300 sampai Rp 500 ribu untuk biaya surat pernikahan saja. Wanita yang dinikahi tidak meminta mahar tinggi karena sudah lupa diri dan pasrah. ‘’Malah saya yang dibayar,’’ akunya.
Di balik kegemarannya mengoleksi empat istri, Jon sebenarnya berasal dari keluarga yang pas-pasan. Rumahnya saja masih menyatu dengan orang tua. Tempat tinggal Jon, terdiri dari satu ruang tidur dan satu kamar tamu yang sekaligus berfungsi sebagai dapur. Di tempat itulah, Jon tinggal bersama ketiga istri dan belasan anaknya saat ini.
Meski dengan kondisi yang pas-pasan, semua istrinya tetap akur. Mereka tidak pernah terlibat pertengkaran satu sama lain.
Terkadang Jon yang nakal dan agak tega-an. Dia sengaja membuat gara-gara jika sudah bosan dengan salah satu istrinya. Dan, itu akan menjadi alasan baginya untuk menceraikan istri yang sudah tidak ingin dipeliharanya.
Pada suatu ketika, cerita Jon, dirinya sengaja menaruh uang di tempat terbuka di dalam rumah. Jebakan Jon berhasil karena salah satu istrinya mengambil uang yang ia taruh. Hal itu kemudian menjadi alasan untuk menceraikan salah satu istrinya yang mengambil uang.
Untuk menghidupi sekian istri dan anak-anaknya, Jon melakukan pekerjaan serabutan.
Belakangan ini ia tekun mengais rezeki melalui tambang emas. Sebelumnya, ia bekerja sebagai nelayan air tawar. Karena ekonomi yang pas-pasan, pendidikan belasan anaknya tidak terurus.
Jika begini keadaan, kenapa harus sering kawin-cerai dan punya banyak anak?
Pria berambut ikal tersebut menjawab dengan enteng. ‘’Menjalankan sunnah Rasul. Saya bisa berbuat adil dan tidak pernah mengoleksi lebih dari empat orang,’’ tuturnya.
Sebagai seorang muslim, Jon ingin memiliki anak sebanyak-banyak. Dengan demikian, populasi umat Islam akan bertambah banyak. (agus wahaji/won)
Poligami karena Pengaruh Emosional
MENIKAH, membangun rumah tangga dan membentuk sebuah keluarga yang sakinah merupakan impian setiap orang. Tapi dalam perjalanannya terkadang tidak semuanya sesuai keinginan.
Banyak faktor yang menyebabkan keretakan atau adanya gangguan dalam rumah tangga. Termasuk yang disebabkan oleh perilaku maupun tutur kata salah satu dari kedua pihak (suami-istri) atau kedua-duanya.
Salah satu faktor itu, adanya keinginan si laki-laki untuk menikah lagi. Dalam hukum Islam, menikah lebih dari sekali (poligami) memang tidak dilarang. Alasan ini, terkadang dijadikan senjata ampuh kaum Adam untuk mencari dan menambah pasangan hidupnya.
Dalih-dalih semacam ini, terkadang dimanfaatkan untuk kepentingan individual, tanpa melihat makna dan arti sesungguhnya dari maksud berpoligami. Di tengah masyarakat saat ini, banyak dijumpai kaum pria menikah lebih dari sekali, bahkan bisa dikatakan berkali-kali.
Menurut pandangan psikolog, keinginan untuk menikah lebih dari sekali merupakan hal yang lumrah. Hal ini umumnya dikarenakan pengaruh emosional manusia itu sendiri. ‘’Emosional itu bisa cinta, bahagia, marah, dan lain sebagainya,’’ ujar salah satu psikolog di Mataram, dr Elly Rosila, SpKj kepada Lombok Post, kemarin.
Selama ini banyak dijumpai, keinginan kembali menikah bagi kaum pria lebih dikarenakan emosional yang kerap kali meledak. Selain emosional, tidak sedikit hal lain yang menyebabkan kaum pria tidak pernah berhenti untuk mencari pasangan lain.
Salah satunya akibat pengaruh hormonal yang ada dalam tubuh. ‘’Bisa juga karena ada kelainan atau yang lebih dikenal dengan istilah hiperseks,’’ terang kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mataram ini.
Gejolak seperti ini memang tidak bisa diatasi, kecuali dengan mengendalikan emosi yang selalu meledak itu. Namun, kesalahan semacam ini tidak semuanya ditumpahkan kepada kaum laki-laki. ‘’Banyak juga istri yang tidak mampu melayani suami. Salah satunya dengan mempersilakan suami untuk menikah lagi,’’ paparnya.
Alasan tersebut, terkadang menjadi senjata ampuh bagi kaum pria untuk mencari pasangan lain. Alasan istri yang tidak mampu melayani suami dijadikan penyebab utama. ‘’Tapi hiperseks itu relatif sebenarnya,’’ tutur Elly.
Bagi istri yang tidak mampu melayani suami, dengan senang hati memberikan izin kepada pasangan (suami)-nya untuk mencari pendamping lagi. ‘’Biasanya, istri yang seperti ini tidak memiliki beban meski harus dipoligami,’’ katanya.
Tapi ada juga istri yang sampai stres karena suaminya poligami. Dampak terhadap keluarga pun cukup besar. Dan, lebih pada dampak psikis sang istri.
‘’Kalau dampak psikis tetap ada, tapi tergantung pemikiran orangnya seperti apa. Kalau memang dia (istri, Red) bisa menerima suaminya berpoligami, tentunya akan dibawa santai, tanpa harus membebani pikiran,’’ tambahnya.
Pengaruh psikis biasanya muncul karena adanya rasa cemburu. ‘’Kalau ini sudah muncul, tentu akan berpengaruh besar terhadap psikis sang istri,’’ katanya lagi.
Selain dampak psikis terhadap istri, dampak lain terutama kesehatan juga tidak bisa dikesampingkan. Hanya saja, kembali kepada ketahanan tubuh.
‘’Saya tidak mengatakan menyetujui poligami, tapi yang perlu dipahami ketahanan fisik tentu akan berpengaruh bagi kaum pria,’’ ujarnya seraya tersenyum.
Pendapat lain mengatakan, suami ingin menikah lagi tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan seksual. Tapi, ada juga alasan-alasan lain yang dikaitkan dengan kondisi rumah tangga dan pasangannya.
Diperbolehkan, Asal Mampu Adil
Kalangan ulama sendiri menilai, poligami –entah jumlahnya berapa pun- diperbolehkan dalam Islam. Apalagi Rasulullah SAW mencontohkan dengan melakukan poligami. Hanya saja, poligami baru dibenarkan ketika sang suami mampu bersikap adil.
‘’Kalau dia merasa tidak mampu bersikap adil, maka beristri satu itu lebih baik baginya,’’ kata Pengasuh Pondok Ponpes Nurul Hakim Kediri, Lombok Barat, TGH Muharrar Mahfudz.
Menurut Muharrar, adil dimaksud adalah dalam hal pembagian harta dan jatah batin. Sedangkan untuk cinta dinilainya sulit bagi siapapun untuk berlaku adil.
‘’Jangan sampai karena memiliki kecenderungan cinta pada satu istri, istri yang lain ditelantarkan,’’ tandasnya.
Poligami, sebenarnya mengandung banyak hikmah. Misalnya, ketika banyak peperangan di mana kaum laki-laki banyak yang meninggal, poligami justru sangat dianjurkan. Sebab dengan sedikitnya jumlah laki-laki, akan banyak janda dan anak-anak yang tidak terlindungi, bahkan telantar.
Seorang laki-laki saleh yang berpoligami, juga dinilai akan menghasilkan banyak anak yang mendapat pendidikan agama yang bagus.
Hanya saja yang disayangkan, kerap kali poligami disalahartikan oleh sebagian orang. Dan, poligami justru hanya dijadikan ajang pemuas nafsu. Sehingga banyak kejadian seseorang yang gemar kawin cerai menelantarkan istri dan anak-anaknya.
‘’Ada juga yang bersikap tidak adil, sehingga menimbulkan perpecahan di keluarganya,’’ ujar Muharrar. Padahal, lanjutnya, adil ini merupakan syarat mutlak untuk berpoligami,’’ tandasnya. (faruk/muslih/won)
Sumber: www.sumbawanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar