Mahasiswa dan Perjuangannya.
*Michael E Sendow
“…Roda zaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih….
Sungguh hidup sangat diburu, berpacu dengan waktu…..
Tak ada yang dapat menolong, selain yang disana,
Tak ada yang dapat membantu selain yang disana….
Dialah Tuhan…….
Dialah Tuhan…….”
Penggalan lagu/ Reff. Yang dicipta & dinyanyikan Ebiet G Ade.
“Roda Zaman” yang sarat dengan tantangan dan pergumulan selalu silih berganti menyapa kita. Apalagi kita yang berstatus mahasiswa. Ada hal-hal dihidup ini yang perlu kita perjuangkan sebagai Mahasiswa, ada tujuan akhir yang harus digapai, ada cita-cita mulia yang harus diraih. Jangan biarkan kemahasiswaan itu terbujur kaku di cepatnya perputaran roda zaman tersebut, kalau tidak mau tergilas olehnya.
Berbicara mengenai Nilai-nilai etis mahasiswa sangatlah argumentative, sebab bukankah Mahasiswa ada dan berada selalu pada ‘wilayah’, ‘keadaan’ dan ‘situasi’ yang berbeda-beda walau kadang terlihat sama padahal berbeda adanya.
Tapi paling tidak ada nilai-nilai standard yang bisa dipetik hikmahnya untuk kemudian dipakai sebagai “penghela” maupun “pentola” bagi terciptanya mahasiswa yang mumpuni, yang bukan mahasiswa ‘AsMa’ (asal mahasiswa doang) yang penting menyandang status mahasiswa tidak peduli kualitas & karakter kemahasiswaannya. Mahasiswa yang memiliki keunggulan intelektual juga dibekali dengan budi pekerti yang luhur.
Sebelum kita menyorot lebih lanjut nilai-nilai etis dasar sebagai mahasiswa, ada baiknya kita menyoroti latar belakang yang kadang membentuk sosok mahasiswa itu dikemudian hari.
Kesempatan sering memegang peran penting juga dalam hal ini; ambil missal, kesempatan mahasiswa A lebih baik dari mahasiswa B, sehingga ia bisa masuk di Perguruan tinggi terbaik di negeri ini, katakanlah UI dan yang satu hanya tembus di UNPIR (Universitas Pinggiran). Ini pada akhirnya bisa membentuk karakternya, yang satu mulai merasa rendah diri dan minder. Padahal sering kali bukan karena si A lebih pintar dari si B maka ia bisa tembus di UI, melainkan karena faktor kesempatan.
Kemauan juga adalah penunjang terbentuknya karakter yang baik sebagai mahasiswa. Kadang kala, ia sebenarnya tidak berkemauan untuk kuliah, tapi ‘hanya’ oleh karena desakan orang tua ia akhirnya menjadi mahasiswa. Tidak jarang ‘hanya’ oleh karena gengsi akhirnya ia menyandang gelar mahasiswa. Apa jadinya ? IP anjlok, banyak bolosnya, fakultas jadi ajang gaul semata-mata.
Kemampuan adalah hal ketiga yang menentukan. Kadang mahasiswa itu berangkat dari keluarga yang kurang mampu, ia merasa kalah dalam berpenampilan di fakultasnya (katakanlah Fekon), ia kemudian menjadi malas-malasan (padahal kepintaran tidak datang karena penampilan), ia gengsi membaca di perpustakaan padahal tidak sanggup membeli ‘text book’ selayaknya teman-temannya yang lain.
Nilai-nilai Etis sebagai Mahasiswa.
Baiklah sekarang kita melihat secara gamblang nilai-nilai etis sebagai mahasiswa.
- Belajar untuk mencapai tujuan akhir.
Proses belajar mengajar adalah salah satu indicator bahwa Fakultas itu hidup, ruang kuliah itu jalan. Mahasiswa harus terlibat didalamnya, dan ini menunujukkan nilai etis yang pertama yaitu Belajar. Kita datang ke kampus tujuan utamanya-kan BELAJAR bukan nongkrong di unit cafeteria berjam-jam, makan sepuas hati, minum seenak udel dan bahkan ngorok ?!?
- Memahami dunia kampus .Bahwa dunia kampus, perkuliahan, proses belajar-mengajar adalah sarana/alat. Jadi jadikanlah alat sebagai alat dan tujuan sebagai tujuan, kalau kita menjadikan alat sebagai tujuan, maka kita tidak akan pernah mendapat tujuan kita yang sebenarnya. (Masing-masing punya cara tersendiri memahami paragraph ini bukan ?).
- Bagaimana diperlakuakan & memperlakukan. Mengerti dengan benar bahwa sebagai mahasiswa, kita tidak akan mendapat perlakuan diskriminatif dari dosen dan oleh siapapun, oleh karenanya kita tidak akan bertindak diskriminatif dalam hal apapun. (walau kadang ada dosen yang mempraktekkan pendiskriminasian) (dalam organisasi kemahasiswaan juga).
- Berinteraksi di dunia kampus.
Terlibat dalam kegiatan-kegiatan kampus sebagai sarana pengembangan diri dan mental, serta memupuk rasa kebersamaan sebagai suatu civitas akademika. Bukannya menyendiri. cuman duduk-duduk sendirian disudut ruang sambil main Tetris, Game, dan tidak bergaul sama sekali.
Didunia kampus inilah perjuanganmu wahai mahasiswa diuji, akankah engkau tergilas oleh zaman atau engkau nantinya yang akan jadi pemimpin zaman.
Ingat benar, bahwa usahamu akan sia-sia kalau nilai-nilai etis yang ideal saja belum bisa kamu terapkan. Sebab masih banyak nilai-nilai lain akan ditemui dan harus dijalankan nantinya.
Satu catatan kecil yang kiranya dapat menjadi pegangan kita juga adalah supaya kita tidak masuk dalam ‘penjara’, yaitu ‘penjara ekonomi’, memanfaatkan pengaruh doi (uang) demi mancapai tujuan.
Karena betapa hebatnya pengaruh kuasa ekonomi itu atas seluruh aspek kehidupan manusia.
Karl Marx mengatakan bahwa siapa yang menguasai ekonomi, ialah yang menguasai manusia. Seluruh tindak-tanduk manusia dikendalikan oleh motif-motif ekonomi yang ujung-ujungnya adalah doi (uang). Tidak ada satu peristiwa sejarahpun di dalam dunia ini, yang tidak dapat dijelaskan dengan kategori-kategori kepentingan ekonomi. Perang, revolusi, pemberontakan, bahkan penjajahan selalu mempunyai motif-motif ekonomi.
Bagaimana dilingkungan kampus ? adakah yang sudah terjadi, sedang terjadi dan bakalan terjadi menunjukkan adanya indikasi tersebut diatas, bahwa aspek apapun yang dilakukan ‘terlalu’ diatur oleh ‘kuasa’ doi ?
Ada yang masih dalam ‘limit of tolerance’, tapi kalau so bayar-bayar dosen supaya lulus, ini sudah diluar wilayah etis sebagai mahasiswa.
Perjuanganmu mahasiswa butuh pengorbanan, tapi berkorbanlah demi sesuatu yang engkau yakini tidak melanggar nilai-nilai etismu sebagai mahasiswa, contoh kecil apa gunanya engkau berkorban duit untuk beli nilai, setelah lulus engkau tidak memiliki ilmu yang kau beli itu, karena bukan proses belajar yang engkau jalani, berinteraksi, tugas, diskusi-diskusi di kelas tapi malahan dengan kemampuan finansialmu kamu bayar nilai “A” mu !?
Akhirnya, berjuanglah dengan sungguh-sungguh dan raihlah segala impianmu yang sudah kau toreh di hatimu dan dalam benak serta anganmu.
Ingatlah selalu bahwa untuk mencapai tujuan akhir selalu ada jalan yang harus dilalui, ada proses yang harus dijalani.
Jalan panjang memang harus dilalui, tetapi jadikanlah alat sebagai alat dan tujuan sebagai tujuan.
“……Kita mesti berjuang, memerangi diri, bercermin dan banyaklah bercermin…
Tuhan ada disini di dalam jiwa ini…….” (Ebiet G Ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar