BARU tiga bulan terakhir ini Raline Shah (26) wara-wiri di layar beling sebagai bintang iklan provider ponsel XL. Mulai versi bengkel hingga bola. Kecantikannya disebut-sebut menyaingi Sandra Dewi juga Luna Maya, bintang iklan provider yang sama sebelum digantikannya.
Jauh sebelum jadi bintang iklan, Raline yang mewakili daerah Sumatera Utara telah mengukir prestasi di ajang pemilihan Puteri Indonesia 2008. Raline diharapkan orang bisa menang. Selain disebut-sebut finalis paling cantik, juga paling berbakat dan berwawasan.
Sayang, saat diwawancarai Charles Bonar Sirait di malam final, mimiknya kurang bagus. Raline pun harus puas menjadi runner-up pertama dan Puteri Favorit dengan perolehan polling SMS lebih dari 76 persen. Sementara Zivanna Letisha Siregar keluar sebagai Puteri Indonesia 2008.
Raline berasal dari keluarga cukup terpandang di Medan. Ayahnya, Rahmat Shah, pengusaha sekaligus pemilik Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Medan. Satu-satunya di Asia dengan koleksi 1.000 jenis satwa liar dari hampir seluruh penjuru dunia. Pada 2008, pemerintah menganugerahkan Rahmat penghargaan Satya Lencana Pembangunan atas jasa-jasanya di bidang lingkungan hidup. Ibunya, Roseline Rahmat, seorang ibu rumah tangga yang juga peduli terhadap lingkungan hidup.
Sejak kecil, Raline ditempa untuk bekerja keras, disiplin, jujur, dan santun. Hasilnya, dua tahun lalu dia lulus meyakinkan dari Jurusan Ilmu Politik dan Media Komunikasi Universitas Nasional Singapura, dan rencananya melanjutkan S2 di Thailand.
“Sebelum bikin keputusan pindah ke sini (Indonesia), saya mau pindah ke Bangkok, Thailand. Kebetulan dapat beberapa iklan di sana. Selain itu, saya mau meneruskan S2 jurusan seni dan politik di Asia Tenggara. Katanya, universitas di sana paling oke,” kata pengagum berat Oprah Winfrey ini.
Hobi masak, jadi host acara masak
Tapi apa mau dikata. Gara-gara Thailand sedang bergejolak, niat itu urung dilaksanakan. “Jadi, sambil menunggu S2, saya kerja dulu di Indonesia. Dan dengan keadaan di Thailand makin tak menentu, saya teruskan saja kerja di sini. Alhamdulillah biarpun enggak direncanakan, rezeki di Indonesia lumayan. Lagi pula saya enggak bisa ke mana-mana juga. Soalnya, XL syuting iklannya lumayan sering,” putri sulung dari tiga bersaudara ini membanggakan.
Sebenarnya, papanya menentangnya bekerja di dunia hiburan. Takut terjerumus ke hal-hal negatif. “Kami sekeluarga orang bisnis dan politik. Semua serius. Bahkan, sekolah saya juga politik. Tapi, ini, kan sesuai minat bakat saya. Barulah setelah saya bawa dia ke lokasi syuting iklan, mindset mulai berubah. Enggak menganggap sepele lagi,” cerita pemilik tinggi 172 cm dan berat 50 kg ini.
Meyakinkan orangtuanya bahwa dia bisa menjaga diri dan menghasilkan dengan pekerjaannya saat ini tidak mudah. Tapi paling tidak, dia berani menunjukkan pilihannya tidak keliru. “Kalau kita menjalani sesuatu dengan niat baik, pasti ada saja jalannya. Sama seperti pertemanan, perjodohan, perpisahan, dan lainnya. Selagi muda, apa pun saya lakukan untuk menghasilkan uang. Asal itu positif dan enggak merugikan orang lain,” ucap penyuka warna hitam ini.
Ya, ada saja jalan Raline untuk mendapatkan job. Salah satunya, mengisi acara kuliner di Global TV, Kitchen Beib. Menggantikan Rima Melati Adams, istri Marcell Siahaan. Tawaran ini dilihat Raline sebagai peluang mengembangkan kariernya di Indonesia. “Tadinya mereka tertari pada saya untuk dijadikan VJ MTV. Tapi setelah melihat lowongan program lain di Global TV, saya sangat tertarik pada acara masak ini. Biarpun saya suka musik, minat saya untuk jadi host lebih bisa terpakai di dunia masak,” Raline meyakinkan.
Sama seperti Rima, Raline juga tak memiliki latar belakang pendidikan masak. Tapi dia mengaku hobi masak sejak kecil. “Tapi enggak sampai tahap chef. Dulu sering ambil kelas masak pas liburan sekolah,” jelas cewek kelahiran Jakarta, 4 Maret 1984 ini.
Bakat memasak Raline menurun dari ibunya. Raline sukses membuat nasi goreng sebagai masakan pertamanya.
“Lumayan enak sih. Biasanya yang paling suka masakan saya, ya adik-adik saya,” lanjutnya. Sampai sekarang, sekalipun masakannya tidak enak, Raline tidak pernah membuangnya.
“Malah saya makan, hehehe. Saya percaya kalau bahan-bahannya sudah oke, mau diapakan juga pasti tetap oke masakannya. Yang penting garam gulanya dikontrol dan jangan sampai gosong,” beri tahu Raline tentang cara memasak yang menurutnya baik dan benar.
Ada rencana bikin restoran atau kafe? Tidak, tegas dia. Sejak kecil dia sudah diwanti-wanti ayahnya, bisnis kuliner itu sulit. Apalagi kalau hanya berbekal hobi.
“Papa saya bilang, bisnis restoran itu susah. Saya sih kalau untuk menjalani manajemennya tahu dan bisa. Tapi kalau punya sendiri belum berani, karena enggak tahu market di sini dan selera orang sini,” dia beralasan.
Masih harus bolak-balik Indonesia-Singapura kadang membuat fisik Raline terkuras. Namun, dia tidak mengeluh.
“Saya masih ada pekerjaan di sana. Mama dan nenek juga tinggal di sana. Selain itu saya baru mau buka butik. Jadi harus selalu cek ini-itu. Saya juga masih harus balik ke Medan karena ayah saya usahanya di sana. Ya, bantu-bantulah. Adik-adik saya kebetulan masih sekolah,” bilang Raline.
Ketatnya persaingan di luar negeri menjadi alasan Raline lebih memfokuskan diri berkarier di Indonesia. Kadang dia tak sanggup menuruti macam-macam maunya klien.
“Dunia modeling sama kayak akting. Kastingnya harus pas. Apalagi untuk produk. Harus bisa menjadi imej yang diinginkan klien. Semua yang saya jalani sekarang bukan sebagai Raline Shah atau artis, tapi seorang talent,” ungkap Raline.
Dia merasa belum jadi siapa-siapa. “Saya bintang iklan, hanya model. Aktingnya bukan interpretasi kita, tapi klien. Puteri Indonesia juga bukan artis. Lain kalau saya sudah punya karya film atau sinetron atau buat album. Itu baru pakai individualitas kita,” terang Raline panjang. Beberapa kali dia ikut pementasan teater di sekolahnya.
“Sampai sekarang sih belum dapat tawaran yang oke. Saya mau film saya yang pertama bisa bikin orang berpikir, ada seninya. Bukan hanya jual fisik, tapi juga akting. Salah pilih film bahaya juga. Dan bisa berpengaruh terhadap persepsi orang. Insya Allah tahun ini dapat film yang oke. Tapi kalaupun enggak, it’s OK,” kata dia pasrah
Sayang, saat diwawancarai Charles Bonar Sirait di malam final, mimiknya kurang bagus. Raline pun harus puas menjadi runner-up pertama dan Puteri Favorit dengan perolehan polling SMS lebih dari 76 persen. Sementara Zivanna Letisha Siregar keluar sebagai Puteri Indonesia 2008.
Raline berasal dari keluarga cukup terpandang di Medan. Ayahnya, Rahmat Shah, pengusaha sekaligus pemilik Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Medan. Satu-satunya di Asia dengan koleksi 1.000 jenis satwa liar dari hampir seluruh penjuru dunia. Pada 2008, pemerintah menganugerahkan Rahmat penghargaan Satya Lencana Pembangunan atas jasa-jasanya di bidang lingkungan hidup. Ibunya, Roseline Rahmat, seorang ibu rumah tangga yang juga peduli terhadap lingkungan hidup.
Sejak kecil, Raline ditempa untuk bekerja keras, disiplin, jujur, dan santun. Hasilnya, dua tahun lalu dia lulus meyakinkan dari Jurusan Ilmu Politik dan Media Komunikasi Universitas Nasional Singapura, dan rencananya melanjutkan S2 di Thailand.
“Sebelum bikin keputusan pindah ke sini (Indonesia), saya mau pindah ke Bangkok, Thailand. Kebetulan dapat beberapa iklan di sana. Selain itu, saya mau meneruskan S2 jurusan seni dan politik di Asia Tenggara. Katanya, universitas di sana paling oke,” kata pengagum berat Oprah Winfrey ini.
Hobi masak, jadi host acara masak
Tapi apa mau dikata. Gara-gara Thailand sedang bergejolak, niat itu urung dilaksanakan. “Jadi, sambil menunggu S2, saya kerja dulu di Indonesia. Dan dengan keadaan di Thailand makin tak menentu, saya teruskan saja kerja di sini. Alhamdulillah biarpun enggak direncanakan, rezeki di Indonesia lumayan. Lagi pula saya enggak bisa ke mana-mana juga. Soalnya, XL syuting iklannya lumayan sering,” putri sulung dari tiga bersaudara ini membanggakan.
Sebenarnya, papanya menentangnya bekerja di dunia hiburan. Takut terjerumus ke hal-hal negatif. “Kami sekeluarga orang bisnis dan politik. Semua serius. Bahkan, sekolah saya juga politik. Tapi, ini, kan sesuai minat bakat saya. Barulah setelah saya bawa dia ke lokasi syuting iklan, mindset mulai berubah. Enggak menganggap sepele lagi,” cerita pemilik tinggi 172 cm dan berat 50 kg ini.
Meyakinkan orangtuanya bahwa dia bisa menjaga diri dan menghasilkan dengan pekerjaannya saat ini tidak mudah. Tapi paling tidak, dia berani menunjukkan pilihannya tidak keliru. “Kalau kita menjalani sesuatu dengan niat baik, pasti ada saja jalannya. Sama seperti pertemanan, perjodohan, perpisahan, dan lainnya. Selagi muda, apa pun saya lakukan untuk menghasilkan uang. Asal itu positif dan enggak merugikan orang lain,” ucap penyuka warna hitam ini.
Ya, ada saja jalan Raline untuk mendapatkan job. Salah satunya, mengisi acara kuliner di Global TV, Kitchen Beib. Menggantikan Rima Melati Adams, istri Marcell Siahaan. Tawaran ini dilihat Raline sebagai peluang mengembangkan kariernya di Indonesia. “Tadinya mereka tertari pada saya untuk dijadikan VJ MTV. Tapi setelah melihat lowongan program lain di Global TV, saya sangat tertarik pada acara masak ini. Biarpun saya suka musik, minat saya untuk jadi host lebih bisa terpakai di dunia masak,” Raline meyakinkan.
Sama seperti Rima, Raline juga tak memiliki latar belakang pendidikan masak. Tapi dia mengaku hobi masak sejak kecil. “Tapi enggak sampai tahap chef. Dulu sering ambil kelas masak pas liburan sekolah,” jelas cewek kelahiran Jakarta, 4 Maret 1984 ini.
Bakat memasak Raline menurun dari ibunya. Raline sukses membuat nasi goreng sebagai masakan pertamanya.
“Lumayan enak sih. Biasanya yang paling suka masakan saya, ya adik-adik saya,” lanjutnya. Sampai sekarang, sekalipun masakannya tidak enak, Raline tidak pernah membuangnya.
“Malah saya makan, hehehe. Saya percaya kalau bahan-bahannya sudah oke, mau diapakan juga pasti tetap oke masakannya. Yang penting garam gulanya dikontrol dan jangan sampai gosong,” beri tahu Raline tentang cara memasak yang menurutnya baik dan benar.
Ada rencana bikin restoran atau kafe? Tidak, tegas dia. Sejak kecil dia sudah diwanti-wanti ayahnya, bisnis kuliner itu sulit. Apalagi kalau hanya berbekal hobi.
“Papa saya bilang, bisnis restoran itu susah. Saya sih kalau untuk menjalani manajemennya tahu dan bisa. Tapi kalau punya sendiri belum berani, karena enggak tahu market di sini dan selera orang sini,” dia beralasan.
Masih harus bolak-balik Indonesia-Singapura kadang membuat fisik Raline terkuras. Namun, dia tidak mengeluh.
“Saya masih ada pekerjaan di sana. Mama dan nenek juga tinggal di sana. Selain itu saya baru mau buka butik. Jadi harus selalu cek ini-itu. Saya juga masih harus balik ke Medan karena ayah saya usahanya di sana. Ya, bantu-bantulah. Adik-adik saya kebetulan masih sekolah,” bilang Raline.
Ketatnya persaingan di luar negeri menjadi alasan Raline lebih memfokuskan diri berkarier di Indonesia. Kadang dia tak sanggup menuruti macam-macam maunya klien.
“Dunia modeling sama kayak akting. Kastingnya harus pas. Apalagi untuk produk. Harus bisa menjadi imej yang diinginkan klien. Semua yang saya jalani sekarang bukan sebagai Raline Shah atau artis, tapi seorang talent,” ungkap Raline.
Dia merasa belum jadi siapa-siapa. “Saya bintang iklan, hanya model. Aktingnya bukan interpretasi kita, tapi klien. Puteri Indonesia juga bukan artis. Lain kalau saya sudah punya karya film atau sinetron atau buat album. Itu baru pakai individualitas kita,” terang Raline panjang. Beberapa kali dia ikut pementasan teater di sekolahnya.
“Sampai sekarang sih belum dapat tawaran yang oke. Saya mau film saya yang pertama bisa bikin orang berpikir, ada seninya. Bukan hanya jual fisik, tapi juga akting. Salah pilih film bahaya juga. Dan bisa berpengaruh terhadap persepsi orang. Insya Allah tahun ini dapat film yang oke. Tapi kalaupun enggak, it’s OK,” kata dia pasrah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar