Jumat, 16 Mei 2008

"Bakudapa" itu ternyata indah.....


“Bakudapa Sesama Kawanua Itu Indah….”

Walau dengan menempuh jarak yang lumayan jauh, dari kota yang katanya nyanda pernah tidor New York City (NYC), dua orang teman asal Minahasa (yang satunya tinggal di Jerman) tetap merelakan diri mereka berpanas-panas untuk datang for bakudapa deng beberapa torang yang tinggal di New Jersey. Tepatnya pertemuan yang diracik mendadak itu diadakan di Roosevelt Park Edison. Pertemuan kecil ini dibuat sebenarnya karena torang tergabung dalam satu “komunitas” bernama NETTERS SULUTLINK (Media Online ), punya kerinduan for bakudapa, bercerita, tukar-pikiran. Singkat cerita dua tamang ini (Netter Tom deng Rumanen) ada antar oto sekitar 50-65 miles plus mo cari itu lokasi pertemuan. Di lokasi park so batunggu netter Kitya deng Kawatak. Datang belakangan Rieke, Ellen deng akhirnya Tude. Bagi yang ingin lebih mengenal tu kota Edison, silahkan hoba disini : http://www.edisonnj.org/

Roosevelt Park berlokasi di kota Edison dan merupakan salah satu Park yang paling banyak di kunjungi, mengingat besarnya dan banyaknya fasilitas olah-raga serta tempat bermain. Kalau akhir pekan, tempat ini sangat penuh, setidaknya so musti pake tu istilah “first come first serve”. Dari puluhan meja dan bangku yang tersedia di Park tersebut so musti baku rebe untuk “first come first sit”, untungnya torang datang hari Rabu. Nyanda talalu banyak pengunjung, jadi sangat cocok for badiskusi, bacirita tukar pengalaman di bawah rindangnya pohon-pohon.
Ini Roosevelt Park kwa adalah salah satu bagian utama dari usaha-usaha besar Franklin Delano Roosevelt di jamannya, lebih dikenal dengan WPA (Works Progress Administration) yang mana dorang pe usaha antaranya adalah menyediakan, mengusahakan lapangan-lapangan kerja untuk orang-orang miskin dan para pengangguran selama tahun 1930-an. Sesungguhnya merupakan contoh yang layak ditiru organisasi-organisasi masa kini.

Di Park ini, selain diskusi-diskusi ringan mulai dari cerita-cerita pengalaman sampe tu grap-grap juga cerita-cerita lucu lainnya. Kawatak sempat batanya sebelumnya pa Kitya "sapa soh tu Tom, dapalia ‘jenggo’ skali kwa kalu lia dari nama ?". Maar akhirnya Kawatak so lebe kenal tu netter Tom yang low profile deng pintar ini. Tu netter Rumanen (David T) nyanda kalah heboh, jauh-jauh dari Jerman dalam ‘two weeks travel’nya ke Boston lalu NH, kemudian NY dan NJ dengan antusiasme yang amat sangat bertutur tentang pengalaman-pengalamannya. “Nyanda lalah soh ? “ pertanyaan itu di jawab, nyanda ! “ Cuma tu mata yang lalah, karna so dua malam nyanda tidor siang “, ungkapnya bersemangat. Menjelang sore-malam tu udara agak drop, jadi samua buru-buru pi ambe Jacket di oto. Netter Rieke muncul belakangan langsung ajak mo pi makang di Restorant, maar Kawatak usul singgah diskusi yang lebe serius dulu di Barnes & Noble. Di situ kebetelun ada “Corner’ Cafe”. Samua setuju.

Di Barnes & Noble pe corner’ café tersebut sambil minum kopi panas torang lanjutkan itu diskusi dengan bobot yang agak lebih berat mengenai banyak hal dalam lingkup seputar Minahasa dan Keminahasaan serta berbagai permasalahannya. Mungkin belum banyak yang tau bahwa netter Rumanen adalah salah satu penulis yang berupaya menulis tentang Minahasa. Ada tulisannya bertajuk “Minahasalogi” telah dipublikasi dimana-mana, hoba disini : http://tumoutou.net/d_tulaar1.htm
Rumanen juga bilang pa torang bahwa ketika ia ketemu Gus Dur disuatu kesempatan
(dan bercakap-cakap singkat dengan beliau), dia dengar tentang komentar Gus Dur yang mengatakan bahwa orang Minahasa itu terkenal, bahwa orang Minahasa itu hebat dan bahwa itu tidak bias dipungkiri. Orang Minahasa yang pintar-pintar dan mudah bergaul, itu seharusnya dicontoh. Tapi Gus Dur juga bilang bahwa orang Minahasa itu nimbole tasalah.

Kopi so kandas tapi ‘diskusi terbatas’ ini masih berlanjut dengan asiknya, netter Ellen muncul ketika torang lagi spanen ba dengar ini Rumanen bertutur. “Asyik kwa ja dengar orang yang bicara kong dia tau skali apa yang dia bicarakan”. Itu Kitya pe tanggapan. Kita salut komang. Netter Ellen yang terlihat mesra dengan Netter Kawatak he..he..he…langsung duduk di sei pa tu netter Rietje yang serius menyimak.
Tom (kita nyanda ragukan komang kapasitas netter satu ini), menambahkan beberapa komentar yang perlu mendapat kajian serius.

Sedikitnya ada beberapa hal, dari apa yang kita simak, yang kita suka mo share di Blog ini antara lain; Bahwa Minahasa pada dasarnya bisa disebut sebagai suatu “bangsa” yang terdiri dari berbagai “suku bangsa”. Ada 8 bahasa yang dikenal di Minahasa dan dipakai secara luas yaitu Tonsea, Tolour, Tombasian, Tontemboan, Tonsawang, dan Bantik. Ada yang mengkasifikasikannya sebagai dialek bahasa Tombulu, dialek bahasa Tondano, dialek bahasa Tonsea, dialek bahasa Tontemboan, dialek bahasa Tonsawang, dialek bahasa Ratahan, dialek bahasa Bantik.
Yang paling banyak digunakan adalah bahasa Tontemboan, kurang lebih dipakai di 11 kecamatan. Napa tu contoh “ Tabea waya, rona karu yaku gumabung ambiay ? mande karu yaku make bahasa tountemboan....”

Tom : “Apakah perlu/penting untuk mempelajari keminahasaan secara anthropologis ? “
Rumanen : “ Apakah dalam kondisi sekarang ini perlu bagi kita untuk melihat dari sisi tersebut ? “

Sebab keminahasaan harusnya fleksibel. Banyak orang Cina yang ganti nama akhirnya mengaku bahwa dia adalah orang Minahasa. Cinta dengan Minahasa. Orang-orang dan suku lain yang sudah tinggal lama di Minahasa akan lebih dan suka untuk diakui sebagai orang Minahasa. Ketika ada pertanyaan ini “Orang apa ngana…?” mereka dengan pastinya akan menjawab “Orang Minahasa”, walaupun sebenarnya mereka datang dari suku lain. Ini sebenarnya yang mesti lebih jeli dilihat, sebab banyak yang datang menawarkan dan atau mengangkat issue “dorang” deng “torang”. Di Minahasa sapa tu “dorang” kong sapa itu “torang” soh ?
Itu adalah ‘proses alamiah’. Selama kita tinggal di suatu tempat, punya KTP yang sah (legal) maka kita adalah bagian dari tempat dimana kita tinggal. Nyanda ada lagi “dorang”. Yang ada Cuma “torang”. Dengan demikian kita telah menghormati hak paling asasi dari setiap manusia. Dan kita telah belajar untuk tidak menjadi rasis.
Sebenarnya masalah kependudukan di Minahasa lebih kepada unsur politisnya. Seperti Bitung yang di claimed sebagai milik orang Sangir (Peta politik). Bagaimana mengambil jalan tengah untuk mengatasi hal-hal seperti itu, terutama supaya kita tidak melihat lebih kepada “sapa ngoni-sapa torang” ? Banyak mungkin. Tapi yang paling penting adalah bahwa Ke-minahasaan harus di tempatkan dalam konteks ke-Indonesiaan.
Bacirita deng tamang-tamang memang nyanda akan abis-abis kalu so spanen bagini. Makanya Kitya bilang “Bagimana kalu torang sambung di rumah-makan, sebagai salah satu bentuk rasa ke-Minahasan torang yang kaya akan rasa, he..he..he…..”. Samua setuju. Waktu telah menunjukkan pukul 8.00 PM. Jadi memang perut so keroncongan. Apalagi ada yang so gelisah lirik kiri-kanan.

Nyanda lupa torang ambil gambar di setiap moment. Sangat di sayangkan, ada dapa kabar dari Netter Sapulidi (SL) yang lagi dari Princeton nyanda dapa tu alamat.
Netter Tude sempat kaseh kabar akan menyusul ke rumah makan jo kata. Tempat yang torang pilih adalah Grand Buffet – all you can eat -.
Dirumah makan torang masih sambung bacirita topik-topik ringan. Apalagi dengan munculnya Tude, jadi lebe rame tu pertemuan. Kitya juga ada tanya pa Tude mengenai kabar Fordis BBP. Tentang ke-kangen-nan netter V, dan banyak lainnya. Tude tanya sapa kata soh tu netter Spullimya ? (bukang pullia neh, he..he..he). Kita bilang Spullimya itu adalah Netter Syors noh, ternyata Tude masih belum kenal dan tanya lagi, sapa dang tu Syors soh ? Rumanen deng Tom bilang bahwa so dia noh tu Roy.M. Maar Tude kejar terus…”Sapa dang tu Roy M tudia kang…? “ Hua..ha..ha….., saki puru tatawa kita eh. Syors ternyata nyanda se populer yang kita bayangkan dang..he..he..he.
Itu netters Almins lei, terus terang kita ada percakapkan. Kita bilang dia cocok kwa for ba calon. Maar kayaknya yang bersangkutan lebe fokus di Pendidikan Nasional kang…? “Hihaaaa” paling beliau Cuma mo jawab saturupa itu!


Catatan : Foto-foto koleksi Mich ini, diambil di beberapa tempat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar