Jumat, 29 Februari 2008
"Ide Gila" Gubernur New Jersey.
Beberapa waktu yang lalu saya menulis tentang betapa korupnya NJ berdasarkan buku berjudul "The Soprano State". Kemarin saya membaca koran The Trentonian di halaman dua mengenai beberapa "ide gila" (menurut segelintir orang) dari Gubernur NJ, Jon Corzine. Saya tidak tahu apakah sang gubernur sudah membaca buku "The Soprano State" atau belum, tapi langkah yang akan diambil beliau akan sangat berarti dan bisa mengubah NJ kedepan ini. Ia berencana menekan, mengurangi pengeluaran-pengeluaran "tidak perlu" dari State of New Jersey
Secara kasat mata memang terlihat jelas perekonomian New Jersey lagi 'terjun bebas'. Banyak perusahaan omzetnya turun, pemecatan karyawan (lay off) terjadi dimana-mana. Untungnya gubernur saat ini memiliki kemauan untuk membuat perubahan-perubahan mendasar serta berani mengambil beberapa pilihan berat.
Kalau dalam buku The Soprano State kita melihat sindiran-sindiran yang ada mengenai betapa banyaknya pegawai pemerintahan yang bekerja di NJ, maka gubernur saat ini justru berencana mengurangi pegawai pemerintahan sebanyak 3000-4000 orang dan juga akan menutup (eliminate) seluruh 3 departemen yang dirasa tidak perlu. Tidak fungsional, buang-buang duit. Pertama-tama saya pikir tidak mengapa kalau NJ memiliki lebih sedikit pegawai pemerintahan, tapi menghilangkan 3 departemen secara total ? Tunggu dulu. Kedengarannya terlalu berlebihan dan lucu. 3 Departemen itu adalah Agriculture, Commerce dan Personnel.
Tapi setelah saya kunjungi website dari masing-masing departemen ini, saya rasa ide Corzine ini bagus. Di Agriculture Website tiga cerita utamanya adalah : Bagaimana NJ bereaksi terhadap penarikan daging sapi secara nasional, sepotong cerita mengenai daur ulang "greenhouse", dan cerita mengenai wanita pertama yang menerima gelar "New Jersey young farmer of the year".
Departemen ini layak di eliminasi, tidak perlu ada departemen semacam ini.
Begitu juga di Commerce Website, cerita utama di site itu adalah " Pertemuan Commerce Commission di bulan February ini di batalkan ". Kelihatannya departemen ini juga tidak banyak berperan sebagaimana mestinya. Dengan kata lain tidak terlalu perlu ada departemen ini. Buang-buang duit.
Personnel Departement ? Berita departemen ini yang terhangat adalah mengenai daftar tanggal-tanggal buat mereka yang ingin ikut ujian kenaikan pangkat dan atau promosi ke jenjang yang lebih tinggi. Kalau cuma tugas bikin pengumuman saturupa itu, tempel saja di papan pengumuman di City Hall atau di board-board lainnya. Maka depertemen inipun layak di-eliminasi. For me, Corzine already make the right choices. Hidup pak gub !
Apalagi ya ? Oh iya, sang gubernur juga berencana untuk menghentikan pengembalian property tax (rebates) terhadap keluarga-keluarga yang berpenghasilan $150.000 keatas pertahunnya. Bantuan State (negara bagian) ini terhadap rumah-rumah sakit, colleges (dan universitas), serta bantuan ke berbagai kota yang ada disini juga akan di potong (kalau bisa sampai akhirnya dihentikan sama sekali). Kendegarannya bukan berita bagus sih. Tapi itu baru langkah awal. Dengan demikian juga gubernur berharap tingkat korupsi akan dapat diturunkan.
Ia juga akan mengurangi jam kerja di kantor-kantor DMV (departemen yang mengatur kendaraan bermotor dan perlalulintasan), serta badan-badan perparkiran.
Melihat ide-ide Corzine ini banyak yang pesimis tapi tentu saja lebih banyak yang optimis. Sudah barang tentu bagi warga New Jersey, banyak yang berharap ini akan mengangkat citra NJ, bukan sebaliknya.
*) Keterangan foto : Gubernur NJ, Jon Corzine berjambang pakai dasi, diantara delegasi dari Afrika dalam suatu pertemuan.
Rabu, 27 Februari 2008
Cerita pagi ini....!
Pagi hari ini terasa cerah. Cuaca yang tadinya mendung tiba-tiba berubah, matahari menyinari bumi dari ufuk timur dengan gagahnya. Salju di pelataran parkir apartemen saya mulai mencair. Dingin memang, tapi tak sedingin kemarin.
" Mau kemana kamu " ? ujar teman saya yang satu lokasi tempat tinggal.
" Mau cari sarapan pagi di rumah makan Thailand, kamu mau ikut " ?
" yoi ! " Balasnya...
Singkat cerita, kamipun berangkat ke rumah makan Thailand yang tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal. Disana banyak pilihan menu; saya pesan Tom Yam Gun (sayur asem) sama Soft crab ( kepiting yang dimasak sampai renyah banget ), dua-duanya adalah faforit saya. Teman saya memesan pisang goreng ala Thailand, dan ikan bakar pake saus tiram.
Teman saya, dia adalah dosen di salah satu Universitas di NY, pengajar ilmu sosial. Selesai makan, saya meninggalkan tips sebesar $10,- diatas meja makan. Teman saya bilang terlalu besar, $5,- sudah cukup, katanya. Saya bilang biarlah tokh kita tidak makan disini tiap hari.
Dalam perjalan pulang saya bergurau ke teman saya, saya bilang mungkin kita inilah yang diistilahkan Karl Marx sebagai "binatang ekonomi". Dia hanya tertawa, sebab sebagai pengajar ilmu sosial dia tau pasti tentang hal itu. Max Weber seorang ahli yang lain mengecam Bung Karl Marx sebagai telah mereduksi manusia. Artinya, tindak tanduknya cuma ditentukan oleh perutnya, bukan otaknya, Tetapi si Om Weber ini juga punya masalah dengan Immanuel Kant, sang Bapak Idealisme. Bahwa manusia sepertinya telah "dikebiri" menjadi sekedar sebuah "mesin ide" yang tingkah lakunya semata-mata dikendalikan oleh ide, prinsip, atau cita-cita.
" Where are we " ? Saya tanya ke teman saya. Dia bilang manusia jauh lebih kompleks, disatu sisi memang benar, betapa pentingnya dan menentukan "perut" itu. Realisme tidak salah. Orang tega membunuh dan terbunuh karena perut. Jarang sekali karena cita-cita. Tapi manusia tidak cuma ditentukan oleh perutnya, ia juga digerakkan oleh cinta, didorong oleh cita-cita, ditopang oleh keyakinan, dipimpin oleh prinsip dan banyak lagi, yang tidak selalu menguntungkan secara ekonomis. Itu sebabnya selalu saja ada pahlawan yang bersedia mati untuk tanah air, ada yang rela masuk penjara demi keyakinannya, para ibu rela berkorban demi anaknya.
Si kakek buyut bernama Aristoteles mengatakan bahwa teleos atau "tujuan paling akhir" dari setiap orang adalah kebahagiaan. Tidak salah ! Tetapi apakah kebahagiaan itu ? Kapan manusia dapat mengatakan bahwa ia berbahagia ? Bagaimana cara meraihnya ? Dengan perutkah, ketika kenyang dan terisi ? Atau dengan cita-cita yang sudah tercapai ?
Thomas Aquinas menerjemahkan kebahagiaan itu menjadi Visio Dei !
Tepat jam 11.35 saya parkir mobil saya di parkiran yang sudah kosong. Diatas sana masih terlihat semburat cahaya warna-warni bekas pelangi atau entah apa. Matahari masih kelihatan malu-malu bergerak menuju ke garis tengah. Tapi perlahan namun pasti, ia sedang menuju kesitu, seiring waktu yang perlahan bergerak ke pukul 12 tepat. Waktu dimana telpon saya akan berdering seperti biasanya. Kriiiiiiing.....
" Hello, ini dari Indonesia " !
" Mau kemana kamu " ? ujar teman saya yang satu lokasi tempat tinggal.
" Mau cari sarapan pagi di rumah makan Thailand, kamu mau ikut " ?
" yoi ! " Balasnya...
Singkat cerita, kamipun berangkat ke rumah makan Thailand yang tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal. Disana banyak pilihan menu; saya pesan Tom Yam Gun (sayur asem) sama Soft crab ( kepiting yang dimasak sampai renyah banget ), dua-duanya adalah faforit saya. Teman saya memesan pisang goreng ala Thailand, dan ikan bakar pake saus tiram.
Teman saya, dia adalah dosen di salah satu Universitas di NY, pengajar ilmu sosial. Selesai makan, saya meninggalkan tips sebesar $10,- diatas meja makan. Teman saya bilang terlalu besar, $5,- sudah cukup, katanya. Saya bilang biarlah tokh kita tidak makan disini tiap hari.
Dalam perjalan pulang saya bergurau ke teman saya, saya bilang mungkin kita inilah yang diistilahkan Karl Marx sebagai "binatang ekonomi". Dia hanya tertawa, sebab sebagai pengajar ilmu sosial dia tau pasti tentang hal itu. Max Weber seorang ahli yang lain mengecam Bung Karl Marx sebagai telah mereduksi manusia. Artinya, tindak tanduknya cuma ditentukan oleh perutnya, bukan otaknya, Tetapi si Om Weber ini juga punya masalah dengan Immanuel Kant, sang Bapak Idealisme. Bahwa manusia sepertinya telah "dikebiri" menjadi sekedar sebuah "mesin ide" yang tingkah lakunya semata-mata dikendalikan oleh ide, prinsip, atau cita-cita.
" Where are we " ? Saya tanya ke teman saya. Dia bilang manusia jauh lebih kompleks, disatu sisi memang benar, betapa pentingnya dan menentukan "perut" itu. Realisme tidak salah. Orang tega membunuh dan terbunuh karena perut. Jarang sekali karena cita-cita. Tapi manusia tidak cuma ditentukan oleh perutnya, ia juga digerakkan oleh cinta, didorong oleh cita-cita, ditopang oleh keyakinan, dipimpin oleh prinsip dan banyak lagi, yang tidak selalu menguntungkan secara ekonomis. Itu sebabnya selalu saja ada pahlawan yang bersedia mati untuk tanah air, ada yang rela masuk penjara demi keyakinannya, para ibu rela berkorban demi anaknya.
Si kakek buyut bernama Aristoteles mengatakan bahwa teleos atau "tujuan paling akhir" dari setiap orang adalah kebahagiaan. Tidak salah ! Tetapi apakah kebahagiaan itu ? Kapan manusia dapat mengatakan bahwa ia berbahagia ? Bagaimana cara meraihnya ? Dengan perutkah, ketika kenyang dan terisi ? Atau dengan cita-cita yang sudah tercapai ?
Thomas Aquinas menerjemahkan kebahagiaan itu menjadi Visio Dei !
Tepat jam 11.35 saya parkir mobil saya di parkiran yang sudah kosong. Diatas sana masih terlihat semburat cahaya warna-warni bekas pelangi atau entah apa. Matahari masih kelihatan malu-malu bergerak menuju ke garis tengah. Tapi perlahan namun pasti, ia sedang menuju kesitu, seiring waktu yang perlahan bergerak ke pukul 12 tepat. Waktu dimana telpon saya akan berdering seperti biasanya. Kriiiiiiing.....
" Hello, ini dari Indonesia " !
Jumat, 22 Februari 2008
Ocean City, menarik, bersejarah dan tak mudah dilupakan.
Saya dan teman-teman sempat mengunjungi satu tempat yang menarik, bersejarah di daerah bernama Ocean City. "Kota Pantai" ini memiliki daya tarik yang luar biasa bagi para pengunjung, berlokasi di ujungnya State of Maryland. Dari Jersey kami mempersingkat perjalan dengan menumpang Ferry dari Cape May ujung NJ yg menghubungkan kita ke Ocean City.
Banyak museum bersejarah, toko-toko souvenir yang menjual barang-barang antik. Kesan pertama memasuki kota, tepat di Main Street adalah bahwa kota ini adalah kota tua tapi tertata rapi, apik dan asri. Tidak heran banyak turis dari Eropa lalu-lalang di kota ini, banyak juga yang dari Jepang dan Korea. Disini juga tersedia berbagai restaurant bertaraf Internasional, sebut saja Japanesse Restaurant, Japenesse Buffet, Italian Deluxe, Asian Int., dan masih banyak lagi.
Saya sempat mengambil gambar salah satu bekas kapal perang yang karam di pesisir pantai, sengaja tidak diangkat pemerintah untuk di jadikan salah satu objek wisata.
Ada gedung tua "City Hall", atau lebih kita kenal di Indonesia dengan sebutan kantor catatan sipil. Gedung ini berlokasi di Baltimore Ave. Dibangun pada 30 Juni 1915. Sebelum berfungsi sebagai City Hall tahun 1968, gedung ini dipakai sebagai sekolah dasar (SD).
Keterangan foto :
a) Daerah pinggiran pantai sering dijadikan juga tempat memancing ikan.
b) Bekas kapal perang yang karam di pesisir pantai.
c) Foto bersama teman-teman di depan toko souvenir yang berderet rapih disepanjang jalan.
d) Tempat bermain anak-anak juga tersedia dipinggiran pantai.
e) Bersihnya jalanan di main Street dan seputaran kota.
f) Boardwalk di senja hari.
g) Gedung Tua City Hall.
Rabu, 20 Februari 2008
" The Soprano State "
" Corruption is worse than prostitution. The latter might endanger the morals of an individual, the former invariably endangers the morals of the entire country " -- Karl Kraus
Kemarin saya sempat mampir di toko buku ternama di seputaran Menlo Mall-belakang Roosevelt Park. Hari hujan, cuma gerimis memang, tapi mau tidak mau saya harus mampir berteduh, maklum udara masih sangat dingin ditambah angin kencang. Di pojok toko buku bernama Barnes & Noble (salah satu yang terlengkap disini) ada sebuah kafe kecil, nah pengunjung bisa membaca buku sepuas hati-bila tidak ingin membelinya- sambil minum bermacam-macam kopi. Karena udara dingin, saya pesan kopi hangat "Coffe Latte". Hangat, nyaman.
Sambil menunggu hujan reda, sayapun akhirnya tertarik dengan sebuah buku yang baru terbit, tepat di atas rak di depan saya. Sembari minum kopi hangat tersebut saya raih buku yang di depannya ditulis besar-besar judulnya " THE SOPRANO STATE " ditulis oleh Bob Ingle dan Sandy McClure. Gambar depannya adalah dua pasang tangan sedang berjabat erat. Buku ini menarik minat saya gara-gara saya tinggal di New Jersey dan buku itu membahas tentang korupsi yang katanya 'maha-dahsyat' sudah membelenggu negara bagian ini selama 30 tahun terakhir. Didepan buku itu tertulis demikian New Jersey's Culture of Corruption.
Saya penasaran, sebab "Garden State" demikian sebutan untuk NJ adalah salah satu state yg termasuk "biasa-biasa" saja di banding Washington DC, California, NY, dan lainnya. Akhirnya saya baca buku itu seperempat halaman - sisanya, kemudian saya baca dirumah, karena hujan reda saya mesti pulang padahal bacaan menarik itu belum tuntas, maka saya beli -.
Yang sungguh menarik adalah bahwa ternyata tingkat korupsi yang paling parah di seluruh Amerika ada di tempat saya tinggal ini. Heeeem, WoW.
Dalam buku itu di tulis secara detail bagaimana orang-orang entah dia dari partai Democrat, Republican dan orang banyak bekerja sama "menguras" para pembayar pajak sehingga menciptakan pemerintahan yang menjijikkan. Buku itu menunjukkan dengan jelas hubungan dan peran antara para administrator, para pengacara dengan klien-klien mafia; menjarah secara halus.
Penulis buku ini juga mengatakan bahwa alasan buku ini diberi judul "The Soprano State" diangkat dari judul salah satu acara TV terkenal Tony Soprano's Jersey Crew. Keluarga Mafia. Mereka mengatakan peran orang banyak sudah pasti, sebagai tambahan pemerintah disini sering bertindak seperti orang banyak itu.
Buku ini menulis banyak contoh-contoh luar biasa bagaimana itu mafia korupsi sudah meresap ke semua lapisan/aparat/petugas yang melakukan public business. Diilustrasikan bagaimana itu pajak tempat tinggal dan kepemilikan di buat. Mereka menyebutnya sebagai " entirely too much government ". Dan juga NJ memiliki lebih banyak public employee per square mile di banding seluruh State di Amerika, kecuali Washington,D.C.
Di NJ pemerintah tidak sedang berusaha menangani apa yang masyarakat tidak bisa lakukan sendiri. Itu masalah pekerjaan, pemerintah banyak menciptakan "pekerjaan" yang tidak perlu, ujung-ujungnya korupsi duit rakyat. Itu adalah 'pekerjaan' pemerintah, tentu saja. Dan bukan hanya birokrasi di State yang besar.
NJ memiliki 566 kota, 616 school districts, 21 kecamatan, dll...
Jersey mungkin termasuk diantara yang paling kecil diantara state-state yang ada di Mid-Atlantic. Urutan 46 berdasarkan luas tanah. Tapi dengan adanya 616 Pengawas/Ketua yayasan sekolah maka menjadikan NJ lebih banyak bahkan dari tiga state di gabung Maryland, Virginia dan Delaware. Rata-rata pendapatan mereka $150.000 per tahun, para asisten dan administrator merekapun punya penghasilan yang sangat besar, sementara di state lain diperuntukkan untuk pembangunan gedung, sarana dan prasarana, kepala-kepala sekolah, guru dan murid...
Mereka juga menyebutkan bahwa ada sekitar 444.000 pekerja pemerintah (pegawai pemerintahan) 154.500 di pusat (Pemda), 19.119 elected officials, belum dihitung 120 pekerja di bidang hukum yang bekerja di kantor Pemda setempat.
Mereka menghitung-hitung untuk kemudian datang kepada angka ini : 81 pegawai pemerintahan per square mile, dibandingkan dengan rata-rata nasional yang cuma 6.
Ada banyak contoh-contoh sadis lainnya, katakanlah bagaimana scandal yang terjadi di dunia Medic dan sekolah untuk para dokter-dokter gigi. Beberapa dokter utama di bayar sebesar 5.7 juta USD untuk -no-show jobs. Bahasa orang kita "suap". Untuk sekedar dapat rekomendasi dan dukungan yang akhirnya terlucurlah dana sebesar mendekati 36 juta USD untuk institusi.
Salah satu terdakwa adalah Senator Wayne Bryant, dia pernah dibayar sebagai seorang konsultan kerja paruh waktu (part-time) di salah satu sekolah dengan bayaran sebesar 32.000 USD per tahun juga karena kemampuan dia melobi supaya itu sekolah/universitas dapat dana terus dengan menggunakan kedudukan/jabatannya.
Eeeh, diluar sudah cerah lagi, so terlalu panjang bercerita tentang tidak cerahnya New Jersey ini karena korupsi. Mereka mengatakan bahwa di Jersey ini banyak politikus yang sakit sampai-sampai muncul istilah " chronicles all of the political ills that have turned New Jersey into one of the biggest jokes in America regarding corruption ". Jadi kalau tertarik membaca buku ini, silahkan beli di Barnes and Noble. Mungkin bisa beli online, atau mungkin sudah beredar di toko buku setempat selain Barnes and Noble.
Catatan tambahan : Tidak heran saya, karena di New Jersey sini ada tempat tinggal bernama Avenel. Untuk bisa menyewa Apartement disitu, sebagaian besar warga Indonesia mesti memberi "uang pelicin" sebesar 2500 - 3000 USD. Karena yang antri banyak. Menurut rumor, orang kita sendiri yang memulai cara 'suap' duluan dan akhirnya management 'ketagihan' terima-terima duit suap..he..he...he.
Ada juga para pengacara yang musti di beri "uang siluman" baru mau kerja. Ada yang malah menipu, mengkorup duit klien, dan itu sering dialami warga Indonesia disini.
Akhirnya, ternyata korupsi ada dimana-mana tidak cuma di negeri kita bernama Indonesia itu. Korupsi itu memang penyakit, itu mesti di basmi. Betul si Kraus, bahwa korupsi lebih berbahaya dari prostitusi. Eeeh, sudah jo dulu so mo cabut atik.....bye!
Rabu, 06 Februari 2008
Kesetiaan, Idealisme dan Heidy........
Lama berselang saya meninggalkan kampung halaman saya....., meninggalkan sanak saudara saya....., meninggalkan teman-teman saya dan juga meninggalkan kekasih saya. Saya memang pergi tapi untuk kembali. Ada satu yang saya katakan kepada Heidy. "Kesetiaan itu butuh ujian". Sebagaimana layaknya kita mesti setia terhadap Iman percaya kita, setia terhadap sumpah jabatan, setia terhadap keadilan dan kebenaran.
Saya sadar sepenuh-penuhnya, bahwa terkadang begitu banyak perpecahan yang terjadi, begitu banyak kejatuhan yang terjadi baik di dalam lingkup gereja, masyarakat maupun interpersonal adalah karena kita kurang setia. Kita tidak cukup setia dengan janji kita. Saya pernah gagal, sebagaimana banyak orang lain yang gagal mempertahankan janjinya. Tapi saya selalu berusaha untuk tetap setia dengan keyakinan saya, iman saya dan cinta saya. He..he..he...makanya saya selalu bilang begini ke Heidy (walau sesungguhnya dia tidak pernah mempertanyakan hal itu).... "Ngana nyanda usah ragukan atik pe kesetiaan, kwa!" (kamu tidak perlu meragukan kesetiaan saya). Biarlah waktu yang mengatakan.....
Hari itu, 31 Januari jam 7 pagi, dia marah-marah . Kebetulan dia lagi dinas luar kota, dia ada tugas mengaudit salah satu bank di Kotamobagu. Alasannya untuk marah-marah tidak cukup masuk akal bagi saya, tapi itulah.....Soekarno bilang itu sebagai "bunga-bunga kehidupan". 'Baku marah-baku sayang' itu adalah penambah semangat hidup. Fenomena yang tidak dapat kita sangkal. Malah bagi saya itu yang bikin gairah kehidupan semakin hidup dan membumi, membuat semakin rindu. Tidak datar-datar saja dan tidak membosankan. Justru ada gairah adu argumentasi disana, ada uji mental dan test kamapuan berdebat. He..he..he....kadang kalau sudah tersudut kunci saja dengan kalimat "............"; Nanti Heidy yang isi dan lengkapi sendiri titik-titik itu, sebab cuma dia sendiri yang tau.
Betapa penting mengutuhkan kembali sisi-sisi kehidupan kita yang telah tercabik-cabik. Antara ego dan superego. Antara nilai yang satu dan nilai yang lain. Antara yang individual dan yang sosial. Antara yang ideal dan yang real. Antara teori dan praktek.
Seorang Karl Marx menyerang agama-agama didunia ini oleh karena menurutnya idealisme agama-agama itu menjulang ke langit. Tinggal menetap diatas awan-awan. Tetapi tidak pernah menukik kebawah untuk mengubah realitas yang sebenarnya. Begitu juga peringatan Fransiskus dari Assisi, supaya perbuatan kita menyatu dengan perkatan kita. " Kecuali kita menyatakan kehendak Tuhan di mana saja kita berada, tak ada gunanya kita pergi ke mana-mana untuk mengatakannya. "
Dalam setiap sisi kehidupan manapun, kalau kita bisa pegang kata-kata kita, kalau saja kita bisa selalu melakukan apa yang kita katakan. Berusaha untuk menjaga idealisme kita dengan tindakan nyata. Menjadi idealis yang realistis. Maka kecerahan dan sukses akan selalu menunggu di depan kita. We can see the light at the end of the tunnels.
Akhirnya, malam ini ijinkanlah saya mengucapkan "selamat tidur Heidy, selamat tidur sayang". Biarlah mentari esok menyambutmu dengan segala kecerahan dan keceriaannya. Mimpikan dan impikan malam ini dalam tidurmu supaya ada harapan cerah dan gemilang bagi negeri kita bernama Indonesia ini, sebagaimana pula hubungan kita.
Senin, 04 Februari 2008
“ Bertahan di tengah bencana “
Hatiku penuh nyanyian…… Ada sorak-sorai,
Ada keriangan,
Ada keceriaan,
Sehakekat dengan keagungan Sang Kuasa,Sang Khalik
Laksana fajar baru yang diciptakan Dia Setiap hari disetiap hati insan
Demikianlah berkat bertambah-tambah……..
Dikekinian kuterpekur seakan tak percaya
Bumi tercabik, dataran berguncang, laut bergelombang dahsyat
Diatas sana ada gelegar petir, badai melintas, awan gelap
Gemuruh gelombang dilautan seakan mau menelan.
Adakah batas sabar Sang Ilahi mulai menipis ?
Adakah angkara murka dibumi mulai menuai hasil ?
Adakah peradaban akan lenyap seketika pun lambat laun ?
Adakah generasi kita dan sesudah kita masih boleh berkarya ?
Aku bertanya dengan hati yang miris dan hampa…. Dimanakah seluruh “Kedamaian” yang pernah dikecapi negeri ini ?
Bukankah yang Kuasa pernah berkata : “ Sekali-kali Aku tidak akan meninggalkan engkau “ ?
Tersadar aku oleh teguran nurani; seakan Sang Khalik sedang berbisik lembut. Tatkala doaku terangkat seraya berucap “ Sedengkanlah telingaMu ya Bapa, Dengarkanlah seruan kami minta tolong “ !
Bisikan lembut itu berucap “ Dimanakah Imanmu ? “
“ Jangan kalian berpaling dariKu dan percayalah Aku senantiasa menyertai kalian, Akulah Gunung Batu dan Tembok Selamat kalian ! “
Kini, walau bencana demi bencana menyapa bumi, aku, dan kuharap… Semua yang lain akan tetap teguh, kokoh dan yakin. Sebab dengan iman yang sungguh lenyaplah ketakutan dan segala kekhawatiran.
Dia tetap setia dengan berkata “ Aku akan tetap menyertai kamu “ !
Salah satu tempat peribadatan orang percaya yang disebut GEREJA
(Foto : Gereja Sentrum GMIM Manado by Noviek.)
Ada keriangan,
Ada keceriaan,
Sehakekat dengan keagungan Sang Kuasa,Sang Khalik
Laksana fajar baru yang diciptakan Dia Setiap hari disetiap hati insan
Demikianlah berkat bertambah-tambah……..
Dikekinian kuterpekur seakan tak percaya
Bumi tercabik, dataran berguncang, laut bergelombang dahsyat
Diatas sana ada gelegar petir, badai melintas, awan gelap
Gemuruh gelombang dilautan seakan mau menelan.
Adakah batas sabar Sang Ilahi mulai menipis ?
Adakah angkara murka dibumi mulai menuai hasil ?
Adakah peradaban akan lenyap seketika pun lambat laun ?
Adakah generasi kita dan sesudah kita masih boleh berkarya ?
Aku bertanya dengan hati yang miris dan hampa…. Dimanakah seluruh “Kedamaian” yang pernah dikecapi negeri ini ?
Bukankah yang Kuasa pernah berkata : “ Sekali-kali Aku tidak akan meninggalkan engkau “ ?
Tersadar aku oleh teguran nurani; seakan Sang Khalik sedang berbisik lembut. Tatkala doaku terangkat seraya berucap “ Sedengkanlah telingaMu ya Bapa, Dengarkanlah seruan kami minta tolong “ !
Bisikan lembut itu berucap “ Dimanakah Imanmu ? “
“ Jangan kalian berpaling dariKu dan percayalah Aku senantiasa menyertai kalian, Akulah Gunung Batu dan Tembok Selamat kalian ! “
Kini, walau bencana demi bencana menyapa bumi, aku, dan kuharap… Semua yang lain akan tetap teguh, kokoh dan yakin. Sebab dengan iman yang sungguh lenyaplah ketakutan dan segala kekhawatiran.
Dia tetap setia dengan berkata “ Aku akan tetap menyertai kamu “ !
Salah satu tempat peribadatan orang percaya yang disebut GEREJA
(Foto : Gereja Sentrum GMIM Manado by Noviek.)
Langganan:
Postingan (Atom)