The United States Post Office is wasting my time and a lot of paper!
Mungkin saya terlalu keras. Tapi ini kenyataan. Saya akui memang bahwa kantor pos di Amerika sangat "ajaib", cuman dengan 42 cents, saya bisa mengirim surat ke pelosok mana saja saya suka di Amerika ini. Ini sungguh menakjubkan, boleh dikata luar biasa berganda-ganda.
Mungkin banyak yang akan bertanya, kalau demikian bagaimana bisa Kantor Pos menghabiskan waktu anda percuma serta memubazirkan begitu banyak kertas ?
Sangat jelas tentunya, yaitu dengan receipt system. Ketika anda memasuki salah satu kantor pos cabang dimanapun dan membeli perangko ataupun mengirim surat, atau bentuk transaksi sekecil apapun, percayalah...anda harus siap mengkoleksi 'receipt raksasa' !
Ini tentu sangat mengganggu saya karena beberapa alasan. Pertama mengenai perangko. "You can't return stamps". Kalimat itu tertulis jelas di receipt tersebut. Pokoknya saya sudah pasti akan mendapat receipt sepanjang 11 inci (saya ukur), dengan segala keterangan yang tetek-bengek itu, walaupun saya cuman membeli perangko seharga 42 cents (tidak sampai $1). Mungkin saja suatu ketika saya kemudian memerlukan receipt itu untuk katakanlah "pengembalian" dari tempat kerja, kalau demikian ceritanya, sayalah yang akan meminta receipt dimaksud.
Lebih lanjut, ini yang membuat tambah kesal, receipt yang di dapat kelihatan seperti iklan raksasa. Disitu dijelaskan untuk memesan perangko online melalui Internet. Disitu juga dijelaskan untuk mengunjungi situs USPS untuk "learn more about our new competitive shipping prices". Di lembar receipt yg sama itu juga saya di-encourage untuk menulis pengalaman-pengalaman saya mengirim surat di kantor pos (suka-duka) dan kalau bisa memasukannya di Gallu Poll secara online.
Dan juga jangan lupa, semuanya itu butuh waktu 5 detik untuk satu receipt selesai di print. Wasting time!
Mari berhitung-hitung sederhana, katakanlah anda pergi ke kantor pos 2 kali seminggu. Berdasarkan standart lamanya hidup seseorang maka anda akan membuang waktu anda yang berharga sebanyak 12 jam (menunggu receipt di print). Padahal receipt tersebut akan langsung anda buang secepat itu berpindah ketelapak tangan anda.
Berdasarkan website dari USPS, di seluruh Amerika, ada sekitar 9 juta loket untuk transaksi per harinya. Dengan nilai transaksi mencapai 2.7 billion (Data tahun lalu). Katakanlah bahwa receipt tersebut panjangnya 12 Inci. Ini perhitungan matematika sederhana, bahwa akhirnya setiap tahun di seluruh counter-counter yang ada diantara 37.000 kantor pos, sebanyak 2.7 billion kaki (1 kaki = 0.3048 meter) receipt siap di print. Itu sekitar 511.633 miles, dengan demikian jaraknya cukup untuk pergi ke bulan dan kembali dengan masih ada sisa kertas receipt sepanjang 50.000 miles. Cara membayangkan dalam bentuk lainnya adalah bahwa panjangnya cukup untuk membungkus pusat bumi sebanyak 64 kali. Bukankah itu berarti membuang-buang sangat banyak kertas untuk sekedar receipt yang tidak berharga sama sekali itu ?
Untuk itu saat ini, saya akan menghubungi Kantor Pos dimana saya biasa mengirim surat untuk supaya menghentikan memberi saya receipt, kecuali kalau saya memintanya.
Ada yang lebih lucu dan aneh yaitu kalimat berikut, diambil dari situnya USPS, kalimat yang berbunyi demikian "Reducing the use of paper, supporting the use of recycled paper, and recycling waste paper have been goals for nearly two decades."
Ini membuat saya tambah pusing : Kalau begitu apa lagi yang mereka belum cantumkan dalam receipt yang sebenarnya sudah amat panjang itu ?!
Dan yang membuat saya tambah tidak mengerti adalah bahwa setiap kali saya balik belakang untuk meninggalkan kantor pos tanpa mengambil receipt-nya, saya pasti akan mendapatkan teguran serupa ini " Oops, wait a minute, sir ! ". Suara di balik counter itu benar-benar bikin saya jadi luar biasa kesal. "Receipt-nya ketinggalan, tuh!". Dasar !.
Jumat, 27 Juni 2008
Rabu, 04 Juni 2008
Pandangan Yesus tentang uang
Mungkin hampir tidak ada masalah lain yang lebih banyak dibicarakan Yesus darpada tentang uang. Meski demikian, dua ribu tahun kemudian para pengikut Yesus masih sukar menyetujui dengan mantap apa yang Ia katakan. Salah satu alasannya adalah bahwa Ia jarang memberikan nasihat "praktis". Ia menghindari komentar tentang sistem ekonomi tertentu, dan seperti dalam Lukas 12, Yesus melihat uang terutama sebagai kekuatan rohani.
Seorang pendeta merangkum isu uang menjadi tiga pertanyaan : 1. Bagaimana cara anda mendapatkannya ? (Apakah ia melibatkan ketidak-adilan, kecurangan, penindasan orang miskin ?). 2. Apa yang anda lakukan dengan uang itu ? (Apakah anda menimbunnya dengan kikir ? Mengeksploitasi orang lain ? Menghamburkannya dengan kemewahan tanpa guna ?. 3. Apa yang dilakukan uang itu pada anda ? (Akibat-akibat).
Walalupun Yesus berbicara tentang ketiga issu itu, Ia berkonsentrasi pada masalah terakhir. Menurut penjelasanNya, uang beroperasi mirip dengan berhala. Uang bisa mendominasi dan mengikat kehidupan seseorang, mengalihkan perhatiannya dari Allah, Sang Pencipta. Yesus dengan keras memperingatkan agar tidak meletakkan kepercayaan pada uang untuk menjamin masa depan. Seperti yang terlihat dalam kisah-Nya tentang orang kaya, uang pada akhirnya akan gagal memecahkan masalah-masalah terbesar kehidupan manusia.
Ia juga menggunakan contoh Raja Salomo, orang terkaya di Perjanjian Lama. Bagi sebagian besar orang Yahudi nasionalis, Salomo adalah pahlawan, tetapi Yesus memandangnya dengan cara berbeda: kekayaan Salomo sudah lama lenyap, dan bahkan kejayaannya tidak lebih mengesankan dari bunga rumput biasa. Lebih baik percaya pada Tuhan untuk melimpahkan pemeliharaan pada seluruh bumi, daripada menghabiskan hidup mencemaskan tentang uang dan harta.
Seorang pendeta merangkum isu uang menjadi tiga pertanyaan : 1. Bagaimana cara anda mendapatkannya ? (Apakah ia melibatkan ketidak-adilan, kecurangan, penindasan orang miskin ?). 2. Apa yang anda lakukan dengan uang itu ? (Apakah anda menimbunnya dengan kikir ? Mengeksploitasi orang lain ? Menghamburkannya dengan kemewahan tanpa guna ?. 3. Apa yang dilakukan uang itu pada anda ? (Akibat-akibat).
Walalupun Yesus berbicara tentang ketiga issu itu, Ia berkonsentrasi pada masalah terakhir. Menurut penjelasanNya, uang beroperasi mirip dengan berhala. Uang bisa mendominasi dan mengikat kehidupan seseorang, mengalihkan perhatiannya dari Allah, Sang Pencipta. Yesus dengan keras memperingatkan agar tidak meletakkan kepercayaan pada uang untuk menjamin masa depan. Seperti yang terlihat dalam kisah-Nya tentang orang kaya, uang pada akhirnya akan gagal memecahkan masalah-masalah terbesar kehidupan manusia.
Ia juga menggunakan contoh Raja Salomo, orang terkaya di Perjanjian Lama. Bagi sebagian besar orang Yahudi nasionalis, Salomo adalah pahlawan, tetapi Yesus memandangnya dengan cara berbeda: kekayaan Salomo sudah lama lenyap, dan bahkan kejayaannya tidak lebih mengesankan dari bunga rumput biasa. Lebih baik percaya pada Tuhan untuk melimpahkan pemeliharaan pada seluruh bumi, daripada menghabiskan hidup mencemaskan tentang uang dan harta.
Langganan:
Postingan (Atom)