Salah satu banner dari grup penentang fatwa ulama Iran tentang sebab gempa bumi
Hojatoleslam Kazem Sedighi Ulama Iran yang mengeluarkan pernyataan sebab gempa tersebut
“Many women who do not dress modestly … lead young men astray, corrupt their chastity and spread adultery in society, which (consequently) increases earthquakes,” Hojatoleslam Kazem Sedighi was quoted as saying by Iranian media. Sedighi is Tehran’s acting Friday prayer leader.Mungkin disinilah letak perbedaan pandangan antara sudut pandang religi dan sudut pandang rasional, dalam sudut pandang religi (utamanya Islam) seorang muslim memang wajib percaya akan ghaib, karena kekuasaan Tuhanpun bersifat Ghaib (tidak tampak mata) namun bisa dirasakan dengan hati. Sedangkan dalam pandangan kaum rasionalis susah bisa menerima hal yang tidak bisa dijabarkan dengan sebuah pembuktian ilmiah.
I have a modest proposal. Sedighi claims that not dressing modestly causes earthquakes. If so, we should be able to test this claim scientifically. You all remember the homeopathy overdose?
Apapun reaksi dari khalayak, sudah sewajarnya tugas seorang ulama menyampaikan pesan moral pada umatnya akan kebaikan, karena bagaimanapun suka tidak suka bagi muslimah memang diwajibkan menutup aurat mereka. Sedangkan kalaupun ada yang menentang statemen ulama tersebut apalagi bila itu dari kalangan non muslim mungkin sah sah saja, karena berbeda pendapat adalah hak, apalagi tidak seiman.
Mungkin bisa jadi reaksi penentangan ini memang bakal semakin meluas ditengah cepatnya informasi dan pesatnya pertumbuhan teknologi internet terutama pengguna jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog. Namun himbauan ulama tetaplah sebuah himbauan dan kalau justru akan terdengar aneh mungkin begitulah, seperti yang sedah tersurat dalam sebuah hadist yang mengutip ucapan Rasulullah SAW yaitu:
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam datang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi asing sebagaimana kedatangannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim [145] dalam Kitab al-Iman.Syarh Muslim, 1/234).Hidup memang pilihan, seorang nabi seperti Nabi Nuh pun atau Nabi Ayub tidak bisa berbuat banyak takkala anggota keluarga mereka ingkar dan tidak mengikuti imbauan serta keyakinan yang disampaikan pada umatnya saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar